Kamis, Desember 25, 2014

Tahu Seragam Merk Purnama? Ini Dia Ownernya

^edisi khusus hari kemarin, kebetulan aku ditugaskan untuk meliput super mother Direktur UD Purnama, owner brand seragam sekolah Purnama yang sudah ada sejak tahun 1970. Dan beliau, emang benar super mother. Boleh ikutan baca deh..
Tulisan ini terbit di Radar Surabaya 22 Desember 2014, check this out readers..

Dwi Ermawati Owner Brand Seragam Purnama

Dwi Ermawati
Direktur Seragam Sekolah Merk Purnama

Belajar Bisnis dari Ibu

Keluarga dan anak selalu nomor satu. Itu semboyan Dwi Ermawati dalam bekerja dan berkeluarga. Kesibukannya sebagai pengusaha, tak pernah menyisihkan peran pengusaha konveksi khusus seragam sekolah ini sebagai seorang ibu. Tak berlebihan jika gelar super mother layak disampirkan pada wanita 34 tahun ini.

Kita yang mempunyai anak usia sekolah tentu tidak asing dengan produk seragam merk Purnama. Ya, brand satu itu memang sudah eksis sejak tahun 1970 an. Didirikan oleh pengusaha asal Kalimantan Barat, Jarman Bakri, perusahaan itu kini sudah menjadi produsen seragam sekolah terbesar di Indonesia.

Pasarnya sudah merambah seluruh wilayah Indonesia. Mulai Jawa, Bali, Kalimantan, Kupang, hingga Irian Jaya. Kini, roda bisnis keluarga itu ada di bawah kendali Erma. Ia adalah generasi ketiga, setelah ayahnya, yang menjalankan bisnis yang berpusat di Margomulyo tersebut.

“Kalau dibilang sibuk ya pasti sibuk, tapi pekerjaan sebagai seorang ibu adalah pekerjaan yang tidak bisa dialihkan pada orang lain. Kuncinya harus bisa menciptakan quality time dengan keluarga,” tutur wanita yang lahir di tanggal kabisat 29 Februari ini.

Wajar, sejak memutuskan untuk nyemplung total di perusahaan keluarganya tahun 2010 lalu, Erma memang harus benar-benar pandai membagi waktunya. Sebab, setiap hari, mulai pagi hingga sore ia harus memberikan fokus pikirannya untuk mengelola perusahaan yang setiap tahunnya mencetak sekitar 1 juta potong itu.

Awalnya memang cukup kelimpungan, tapi berkat proses belajar berdagang yang sudah ia mulai tahun 2002, Erma cukup bisa mengatasi pasang surutnya dunia bisnis. “Saya memegang bisnis keluarga ini tidak semerta-merta. Tapi mulai dari jaga toko di Pasar Turi sampai dengan saat ibu sudah tidak ada, maka baru itu saya benar-benar menggantikan posisi beliau,” kenang Erma. 

Erma bersama tiga anaknya. Aku ngefans sama Justin yang paling kecil. hehe
Diakuinya, saat mula bergelut mengurus perushaan, dirinya agak kesulitan membagi waktu dengan keluarga. Perhatiannya kerap terbagi-bagi, antara pekerjaan dan mengurus anak-anak. Tapi khusus dalam menciptakan quality time, Erma selalu bisa menyiasatinya.

Setiap malam, ia selalu mendampingi anak-anaknya belajar. Tak sampai di situ, ia juga selalu tidur dengan tiga anaknya dalam satu ranjang. Konon, itu ia lakukan untuk menebus waktu bersama anak-anaknya yang terpaksa hilang selama bekerja.

Bagaimana tidak, setiap harinya ia selalu berangkat ke kantor setiap pukul tujuh pagi dan pulang tepat pukul lima sore. Kadang, ketika ia pulang, anaknya belum pulang lantaran harus masuk les atau tambahan belajar.

“Nah waktu malam itu yang saya manfaatkan. Saat itulah, anak-anak suka cerita dia ngapain seharian dan menceritakan apa saja pengalamannya. Itu yang membuat kami selalu dekat,” tutur penggemar novel romance ini. Sesekali, ia juga menyempatkan untuk membacakan dongeng untuk putra-putrinya sembelum tidur.

Terlebih sebagai statusnya sebagai single parent sejak suaminya meninggal setahun lalu, Erma memang harus memberikan perhatian ekstra pada Danadyaksa Rifat Ramadhan, Sarah Belinda Silna Faradisa dan juga Mohammed Justin Kawakibi itu.

Selain menciptakan quality time bersama anak-anak, Erma menyebut bahwa ia kerap ketat dalam menjaga profesionalitas dalam bekerja. Saat bekerja, ia benar-benar tidak ingin diganggu oleh masalah keluarga, kecuali benar-benar pentiing dan mendesak. Begitu juga sebaliknya, saat jam kantor sudah selesai, ia juga tidak akan membawa urusan kantor ke dalam rumah.

“Meskipun kantornya hanya beberapa langkah dari rumah, saya tidak pernah mengijinkan anak-anak untuk kesana. Kalau ada mereka saya selalu tidak konsentrasi,” ucap wanita yang murah senyum ini dengan renyah.

Namun, prinsip itu pula yang ia terapkan di luar kantor. Setiap akhir pekan tiba, ia kerap memboyong tiga anaknya untuk pelesir ke tempat hiburan. Seperti piknik, atau sekedar ke taman hiburan di luar kota. Di  akhir pekan itulah, yang menjadi waktu untuknya mengabulkan keinginan buah hatinya.

Diakuinya, bekerja sebagai single parent dengan tiga anak yang masih butuh banyak perhatian ekstra, memang bukan hal yang mudah. Erma menyebutkan bahwa sebagai seorang ibu, memang dituntut untuk bisa melakukan hal yang berbeda dalam satu waktu yang sama. Yang konsekuensinya adalah semakin berkurang waktu bersama keluarga.
nyetting anaknya yang perempuan buat senyum susah banget. haha
Tapi meski begitu, ia bersyukur bahwa tiga buah hatinya adalah anak-anak yang pengertian. Mereka tergolong jarang protes dengan kesibukan sang bunda yang terbilang super padat itu. “Hampir semua urusan rumah tangga saya dibantu orang, tapi untuk urusan sekolah seperti ambil rapor dan belajar, anak-anak selalu maunya dengan saya. Bahkan, anak saya malah yang sering menagih untuk ditemani belajar,” ucapnya.

Lantaran tiga buah hatinya masih kecil-kecil Erma mengatakan tidak ada yang special yang ia rayakan jika hari ibu datang. Paling banter, ia mendapatkan kartu ucapan dari anak-anaknya yang biasanya ditugaskan dari sekolah. Tapi, hal itu tak menjadi masalah bagi Erma, yang penting, asal bisa mendampingi anak-anaknya, baginya sudah menjadi prestasi dan kebanggaan tersendiri.

Beda dengan dirinya, saat hari ibu tiba tentu saja saat sang bunda masih ada, Erma selalu memberikan perlakuan khusus bagi bundanya. “Saya temani ibu seharian, maunya apa, kepinginnya kemana saya turuti. Begitu juga saat ibu ulang tahun. Tapi kalau sekarang, mungkin karena anak-anak masih kecil, jadi belum begitu mengerti hari ya,” katanya.

Pada zaman yang serba modern seperti sekarang, Erma mengakui sudah banyak wanita yang memutuskan untuk bekerja daripada hanya diam di rumah dan hanya mengurus rumah tangga. Namun, tak jarang pula sekarang yang takut untuk turut membantu suami dalam mencari nafkah. Menurut Erma, setiap langkah yang diambil selalu diikuti dengan resiko yang harus dihadapi.

“Termasuk bagi ibu-ibu muda yang memutuskan untuk berkeluarga sambil bekerja. Yang jelas tentu akan merasa, loh.. tahu-tahu anak sudah besar saja. Tentu banyak momen-momen yang terlewatkan bersama anak, tapi kembali lagi bagaimana pintarnya kita me-manage waktu yang imbang antara kerja dan keluarga,” tuturnya.

Menurutnya, meski ibunya sibuk, nantinya anak juga akan sadar. Sebagaimana Erma kecil pun sering ditinggal kedua orang tuanya untuk bekerja menjalankan bisnis. Tapi Erma mengatakan bahwa yang namanya anak, rasa cinta pada orang tua adalah naluri yang tak akan bisa hilang ditelan kesibukan orang tua yang menggila.
single parent, inspiratif, dan wanita super
Erma pun ingin anak-anaknya kelak bisa menyadari apa yang dilakukannya semata-mata untuk anaknya. Pun begitu saat Erma kecil dan beranjak dewasa. Ia menjadi saksi hidup bagaimana jatuh bangun keluarganya mengembangkan bisnis seragam Purnama itu. Dari sanalah ia juga belajar hingga menjadi seperti sekarang.

“Saya pun memegang bisnis ini dengan learning by doing. Dari melihat bagaimana orang tua saya bekerja, saya juga sering ditinggal. Dan ternyata sekarang saya juga begitu. Tapi semua bisa bertahan berkat dukungan anak-anak dan lima saudara saya,” pungkasnya.(ima/rak)

Foto-foto by Andy Satria

Jumat, Desember 19, 2014

Holi-working-day at Singapore

Hello readers… siap menyapamu kembali. Kali ini aku akan sedikit cerita tentang perjalananku ke negeri singa beberapa waktu yang lalu. Kebetulan baru-baru ini aku ditugaskan untuk terbang ke Singapura untuk meliput satu konferensi internasional se-Asia, Association of Southeast Asian Institution of Higher Learning (ASSAIHL). Lebih tepatnya Asean plus Hongkong.

Sebenarnya yang konferensi internasionalnya cukup unik sih ya. Aku ditugaskan membuat tulisan tentang karya dosen Unversitas Narotama yang mengangkat permainan tradisional Gobak Sodor dan Bentengan untuk mengajar di kelas. Ada sekitar 200 peserta di konferensi itu. Cukup banyak juga peserta dari Indonesia. Seperti Unair, Unbraw, dan juga Unesa dan Perbanas. Tapi karena aku kesana sponsored by Narotama, jadilah aku menulis tentang dua dosen nyentrik ini.

Nama dosennya Rony Wardhana dan Immah Inayati. Jadi mereka menggunakan dua permainan tradisional itu dalam mata kuliah manajemen system control. Mahasiswanya dalam mengajar diumpamakan lagi main gobak sodor dan bentengan. Unik kan? Pembelajarannya, permainan itu digunakan untuk membuat strategi dalam mengatasi ekonomi dan bisnis dalam perushaan.
Nah tulisannya jadinya gini nih..

E3ditional Macos Universitas Narotama
Tapi ada yang lebih bikin aku seneng dalam berpetualang meliput di negeri yang sangat bersih itu.  Sebelum berangkat kesana, Pemredku menugaskan agar aku nggak hanya membuat tulisan tentang tentang konferensi itu saja. Melainkan juga membuat tulisan feature. Terserah membuat tulisan apa. Yang nemu disana, yang bisa diangkat jadi berita.

Sebelum berangkat aku sudah mulai cari ide. Apa ya yang bisa diangkat. Akhirnya aku memutuskan untuk menulis tentang pembatasan memiliki kendaraan pribadi di Singapura. Ide itu tercetus karena yang aku dengar di sana masyarakatnya dibatasi untuk punya mobil. Kabarnya karena ada pengaturan untuk system pajak dan pembelian mobil bahkan untuk mereka harus antri untuk punya mobil.

Aku sempat sharing dengan fotograferku yang juga ikut berangkat. Aku sharing untuk request foto. Dia sempat ngritik kenapa aku pake ngonsep sebelum berangkat, katanya lihat langsung aja di lapangan yang menarik apa, itu yang dijadikan angle. Tapi yaaaa gimana ya, karena terbiasa punya planning, aku nggak begitu suka dengan sesuatu yang ndadak. 

Apalagi kalau menggantungkan diri pada sesuatu yang nggak pasti. Yang punya plan aja kadang gagal, apa lagi enggak ada. Hehehe. Tapi mas satu ini asli baik kok dalam membantuku berkutat mikir angle. Walaupun akhirnya mbalik itu-itu lagi. Hehehe wajar, seniooor.

Akhirnya aku setengah isi setengah kosong saat mulai mendekati orang Singapura untuk wawancara. Aku menggiringnya untuk mau ngomong tentang pengurusan kepemilikan mobil. Dan saat disana aku cukup takjub ddengan mass transport  mereka yang menggunakan listrik. Bis saja mereka sudah bis listrik.

Aku sempet tahu karena sampai di sana dan melewati jalanan kota, bis itu punya charging poin di sebelah kanannya. Oh, berarti semua bis pakai listrik. Begitu juga dengan kereta listriknya. Nah akhirnya, aku sambungin ide tulisanku dengan pengamatan itu. Aku putuskan untuk menulis tentang system yang dibuat pemerintah untuk mendukung mass transport mereka. Salah satunya adalah pajak. Kebetulan pertengahan tahun ini, pemerintah Singapura baru saja menaikkan harga pajak kepemilikan kendaraannya.

Dan ini pentingnya melakukan riset sebelum wawancara. Ketika aku wawancara dengan orang Singapura itu aku jadinya nyambung. Entah walaupun tulisannya nggak sekenceng dan seratus persen sesuai dengan rencana awal, tapi paling nggak ide awal itu leading me into the right angle.

Dan taddaaaa tulisannya jadi besar di halaman tiga. Didukung dengan foto yang kece dari mas Abdullah Munir, tulisannya jadi keren nampang di halaman tiga Town Square. Terima kasih buat redakturku yang imut dan ganteng (bayar mas) mas Eko Yudhoyono yang meramu tulisanku jadi cantik. 
unyunya ada cap laporan dari Singapura. hehe
Itu data yang aku cantumin dapat dari riset dan juga dibantuin nyariin sama istrinya narasumber lhoo. Asli baik banget narasumberku satu itu. Tuhan yang balas deh ya. Terima kasih untuk Narotama dan big hug untuk Singapura dan juga Radar Surabaya.

Day 1 .. (to be continued)..

foto di tengah jalan
Selama empat hari di sana, kayak nggak lagi kerja. Kerja tapi rasa libur. That was holi-working-days.. Hehe.

Kamis, November 27, 2014

Late Nite Story (1)


me. under the shadows
just wanna write something before go bed. insomnia again and again anyway
ini tentang ceritaku hari ini. kemarin malam aku baru saja menyelesaikan satu tulisan lapsus dan HL. setelah dua hari sebelumnya aku menulis tujuh tulisan. satu HL, satu fenomena, satu boks, satu open halaman dalam dan dua tulisan society. apa ya rasanya, amazed aja. 
tapi siang tadi ketika aku lagi curhat sama salah seorang senior di lapangan tentang susahnnya ngontak narasumber, aku seperti tertohok. sudah lima hari dan orang yang aku kejar itu tak kunjung memberi keterangan. padahal konfirmasi itu sangat penting untuk tulisan lapsusku yang tayang pagi ini.
lalu seniorku itu tersenyum. dia bilang, aku sah-sah saja menuliskan tulisan itu, dengan catatan aku menuliskan bagaimana usahaku untuk menghubunginya, yang akhirnya gagal. katanya itu sah dalam ilmu komunikasi jurnalistik. itu namanya destresing atau something apaaa gitu yang aku nggak ngeh.
that's the point. that i don't know anything about theory in communication, journalism, and everything. satu yang aku tahu, adalah menulis berita, wawancara, hunting isu, dan mencari angle. 
dia nggak mengatakan sindiran atau mengejek atau apapun memang, tapi aku hanya merasa bias saja. ada ya pelajaran gitu? yang aku tahu selama kuliah ya belajar hukum newton, teori relativitas, kuantum, termodinamika de el el. 
hahaha. lalu setelahnya aku diajak untuk S2. dua pilihan, yang linier atau yang nggak linier. aku juga bingung mau jawab apa. yang jelas, dalam waktu dekat aku tidak sedang ingin kuliah. tapi aku ingin belajar lebih banyak tentang jurnalistik. bukan hanya wawancara dan menulis berita. tapi seninya jurnalistik, dan seluk beluknya. aku masih belum memenuhi tantangan ku sendiri, tentang menulis yang lebih soft... eh aku sudah mulai ding pas nulis berita Ubaya. hahaha, tapi kayaknya belum adda apa-apanya. harus siap2 jauh hari kan ya, sapa tahu tahun depan aku dipindah desk lifestyle. nelen ludah. belum siap. 
okei. gudnait readers. thanks for reading ya. nice dream all. :D



Kamis, November 20, 2014

Mom's Diary in The Year of 1986

Hello readers..
Menyapamu lagi di tengah heningnya malam. Malam ini saya gagal bisa memenuhi jadwal untuk tidur lebih awal. Banyak godaannya. Pertama chattingan sama akhi2 galau, terus baca2 berita, dan kemudian tergoda untuk buka fesbuk dan seperti yang sudah saya duga saya langsung badmood. Haha, badmood that I have to over come soon. 

Tapi saya lalu ingin memanfaatkan waktu senggang ini dengan memposting satu hal yang sudah saya persiapkan sejak kemarin malam sebenarnya.

Well, before I go on with my story, I wanna ask u something. Have u ever read your Mom's diary guys? Or even Does your Mom has a diary? Hahaha because my Mom does. And last night I did read her diary while she was sleeping on my right. It was by her request actually. Eh kok malah bahasa inggrisan sih.

Hanya saja yang membuat tertegun adalah, saya baru sadar kalau jiwa melankolis yang mengalir di darah saya ini ternyata menurun dengan kentalnya dari Ibu saya. Ya, karena dulu pas saya masih SD, saya juga menulis diary. Saat itu saya masih duduk di kelas empat dan saya mendapatkan kado diary dari teman saya. Itulah diary pertama saya. 

Sejak itu saya jadi suka menulis diary sebelum tidur. Setiap apa yang terjadi dalam hari saya, saya tuangkan di sana. Mulai senengnya bermain di sekolah, galaknya guru matematika, dan juga serunya merancang belajar kelompok, ataupun senangnya bermain layangan di sawah depan rumah. Heei,, my childhood was very memorable right. 

Dan setelah saya menuliskan diary itu, saya akan mengakhirinya dengan membubuhkan tanda tangan saya yang jelek itu. Hingga akhirnya saya pun tertidur. Lalu paginya, saya selalu mendahului ning saya untuk membersihkan tempat tidur dan menyembunyikan diary kecil saya di bawah bantal. 

Kalian tahu, setiap pulang sekolah saya akan mengecek diary saya, lalu saya selalu sadar posisinya berubaah. Aaaah Ibu saya pasti telah membaca isi diary saya. Tentu saja saya malu untuk menanyakan apakah Ibu membacanya? Saya memang tidak sedekat ini dengan ibu saya dulu. Ibu saya lebih sayang ke ning saya, sedih ya. Makanya saya lebih sering ngambek dan diam dibandingkan harus berkomunikasi dengan ibu saya. 

(But, itu semua berubah sejak saya dipondokkan. Ternyata pisah dari orang tua itu membuat kita sadar kalau kita sangat sangat sangat sayang mereka, begitu pula mereka pada kita. Hahah. Bahkan saat pertama kali telfon Ibu saya saat saya pertama kali momdok, saya hampir tidak bisa mengutarakan apa yang saya ingin katakan. Karena haru. Dan akhirnya Ibu saya mendengar saya menangis. Cengeeengnyaaa)

Back to the topic anyway. Yap, kemarin malam saat saya mendapatkan kesempatan libur dua hari, saya benar-benar memanfaatkannya untuk menyenangkan Ibu saya. Apa saja yang Ibu mau saya jabanin. Siangnya ibu minta di download kan lagu Rhoma Irama, hahaha. Katanya itu lagu kenangannya sama ayah saat awal-awal pernikahan mereka. Hingga akhirnya ibu sepertinya terbawa suasana untuk mengenang masa lalu.

Beliau pun meminta saya mengambilkan diarynya yang tersimpan di atas lemari. Ibu memintaku untuk membacakan diarynya di kisaran bulan Juni 1986. Kata Ibu, itu adalah masa-masa galaunya sebelum dinikahkan dengan ayah. Aku terkikik saat membacanya. Saat itu, tanggal 5 Juni 1986, dan ibu sedang packing kamar kosnya untuk pulang ke Bangil. Dia sudah selesai membagikan undangan pernikahannya 26 Juni mendatang, namunm Ibu sama sekali belum tahu siapa sebenarnya lelaki yang akan menemaninya seumur hidup itu.

my mom's diary
Yang Ibu tahu hanya lelaki ibu kini masih sekolah di Kuwait. Itu saja. Mereka akhirnya baru bertemu tanggal 18 Juni sebelum 26 Juninya akad nikah. Dan saat itu undangan sudah tersebar. Hah? Saya bisa membayangkan bagaimana perasaan Ibu saya waktu itu. Katanya dalam diary dia gundah. Hahaha. "Aku mengambil segala risiko yang ada, untuk patuh pada orang tua," tulisnya. 

bacainnya susah payah, sambil Ibu saya ngoreksi
Tapi kalau saya jadi Ibu sih ya iyalah saya mau saja. Wong yang ngejodohin bu nyai, pasti lancar Buk... Lalu Ibu pun cerita usai menikah harus ditinggal ayah ke Kuwait lagi. Baru setelah satu tahun berikutnya ayah benar-benar pulang. Katanya mereka dulu surat-suratan. Dan suratnya berlembar-lembar banyaknya. Ih wow. Kayaknya kalau ditulis novel bagus nggak sih cerita orang tua saya? hahahah just kidding guys. 


ini tulisan tangan tahun 1986
 

Senin, November 17, 2014

Late, But Welcome 23

Angka 23 buat saya adalah angka yang langka. Disebut langka sebab saya sangat jarang memakai angka ini. Bisa dibilang saya nggak kenal sama angka ini. Jarang dipakai untuk absen, pin, password, nomor plat motor, or anything lah. Yang jelas, saya nggak pernah ngafalin angka ini untuk sesuatu yang berarti dan penting.

But, ternyata datangnya angka ini dalam usia saya sangat memorable. Ini late post sebenarnya. Dan I am going to share to you how this number turning me in the age of 23. Dan spesialnya, di ulang tahun saya kali ini, saya dikerjai dua kali. Nah, saya ceritakan yang pertama dulu ya

Biasanya ultah saya dirayakan (saya dikerjai) tepat saat pergantian tahun, yaitu 20 september malam atau kalau nggak tepat di tanggal 21 septembernya. Saya sama sekali tidak menyangka kalau saya justru dikerjai ultah saat tanggal muda, yaitu 6 september. 

Pak Wahyu jadi MC di rapat di Tretes. Totalitas nih orang.
Ini terjadi saat kantor sedang ada acara rapat plus gathering di vila pemkot di Tretes. Nah, di sana, seperti yang sudah dijadwalkan, kami hura-hura di sana. Karaoke, dan juga maen aneka games sebelum bagi-bagi dorprise. Nah, saya yang kebetulan dibikin sibuk dengan segala rangkaian acarannya akhirnya tenang saat acara mulai bergeser ke acara inti yaitu evaluasi bulanan seperti biasa.

Pak Jee Wapimred dan Mb Opi Pimred
Bu pimred Mb Opi, dan juga bapak wapimred, Pak Jee memimpin langsung rapatnya. And see, rapat langsung mengumumkan tentang adanya mutasi sejumlah kru antar biro dan lintas divisi. Ada empat orang yang kebetulan kebagian jatah itu. Yaitu mas Rudi, Gayu, Pak Edo dan jugaaaa saya.

Ih wow. Dan ternyata saya dipindah ke Radar Sidoarjo untuk diposisikan sebagai assred. Tentu saja saya shock. Iyalah shock, jadi assred yang masih liputan dan liputannya di negeri antahberantah Sidoarjo. Saya nggak mudeng sama sekali kota udang itu. Tentu saja batin saya bergolak secara tiba-tiba. 

Pertama, saya belum genap satu tahun bekerja di sana kok sudah dapat promosi dapat jabatan asisten redaktur. Impossible kan. Saya stay cool saya. Pikiran saya yang spontan saya langsung kepikiran untuk resign. Hahah. Pertama saya nggak mau hidup di Sidoarjo. Kedua saya baru saja pindah kos ke Kutisari. Saya nggak ngebayangin akan rueepot lagi untuk usung-usung barang. Wiis, cukup kayaknya. Lalu alasan ke tiga adalah yang utama. Karena redaksi mulai bergejolak sejak bu pimred menyebutkan nama saya dapat promosi jadi assrred.

"Ima itu masih wartawan kemarin sore, atas dasar apa dia diangkat jadi assred. Nggak bisa Bu !! " itu celetukan kasar dari Pak Wahyu. Wartawan senior yang bikin jleb banget ya. Hahaha

Nggak cuma mas Wahyu aja yang nyereng nggak terima. Yang lain juga dipanas-panasi. Di sisi lain Pak Jee yang mbaikin ngebelain bla bla bla. Mb opi, malah nyodorirn isu kalau saya deket sama GM nya Radar Sidoarjo. Yang bisa jadi itu yang membuat saya bisa dapat promosi cepat. Waaah parah ini. 

Saya memilih diam saja, Nangis sih dikit dikata2in gitu. Tapi tak tahan ajaaa. Jangan sampek deh nangis didepan banyak orang gitu. Dari pada mbikin kisruh, saya resign saja bapak-bapak ibu-ibu..

Hingga akhirnya saya disuruh maju. Dan Mb Opi membawa kue ulang tahun. Huaaaa tangis saya pecah. Gilaaaa jahat banget orang-orang ini. Ngerjain orang bawa-bawa profesionalitas sampek yang jleb jleb. Gilanya mereka sampek berantem juga lho Pak Wah sama Pak Jee. Pisuh-pisuhan dan haaaaaash bikin males banget sampek Pak Jee walk out dari arena rapat.

Dan sialnya, skenario itu hanya diketahui tiga orang itu -Mb opi, pak jee, pak wah- Otomattis yang lain juga kebawa situasi panas itu. Mereka bingung. Sukses terbawa emosi pak wah yang menentang dan ngejur saya itu.. Hahaha

Daaaan... ternyata semua itu cuma palsu. Itu semua dibuat karena kami berempat ulang tahun di bulan ini. Hahaha. Syukurlah.. Aseli saya bersyukur ini hanya bohongan. And congrotulation Mr and Mrs Boss. You were all succed to make me cry....

Hahah but thanks yaaaa... lets say that they did that because they love me... big huuuug.....

akhirnya meniup lilin bersama orang2 yang juga dikerjain. I wished that I would not got something like this anymore. It was hurt
Hahaha. tapi berkesan banget ya... dengan muka penuh dengan belepotan bedan baby, saya dan teman-teman lain pun meniup lilin ultah kami. Nggak puas deh kayaknya mereka itu ya. Kami pun masih juga disiram dengan air dingin. Begigil rek. Tapi saya sayang mereka deh, walaupun jahat begitu. :D

jelek banget mukanya. tears, powders and then water.
Yeeey.. alhamdulillah deh... Tapi begitu esok harinya acara berlanjut, acara sudah normal kembali. Kami paginya sebelum pulang sempet maen games Gobak sodor lho. Di halaman vila yang cukup luas itu kami bentangkan tali rafiah untuk membentuk arena gobak sodor. Meski perturan lombanya cukup weird, tapi cukup mbikin kita ngakak, dan seru-seruan.

suka foto iini. Liat deh ekspresinya ketawa semua :D

gobak sodor yang peraturannya di kotak boleh dua orang ya cuman ini deh

foto bareng gayu, mas sam motretnya back-light nih
Tapi ternyata make a wish saya nggak kekabul untuk dikerjai di tretes itu yang terakhir. Karena mereka ternyata masih menyimpan 'hadiah' yang lain. Tepat seminggu sebelum saya benar-benar usia 23, si mas Made yang ngepos di kriminal resign. Dan tahu apa, saya disuruh back up post yang menurut saya horor itu.

Saya murni ngiranya itu cuman becandaan, sampai akhirnya Pak Jee (again and again) ngajakin ngopi di Pujasera. Topiknya menyiapkan mental saya sebelum besok paginya ngeliter di polsek2 dan polres. Kami ngobrol sampai jam 00.30. Kalau udah gitu apakah saya masih boleh berprasangka kalau ini cuma becanda. Secara wapimred yang ngasih tahu langsung. Perlu dicatat pimred nya kali itu lagi cuti soalnya.

Jadilah saya ngepost di kriminal dan anehnya masih back up pos pendidikan. Kelimpungan ke sana kemari. Eh tapi seneng ding, saya jadi liputan 810 alias tembak mati. Waktu itu kedapatan liputan heroik polisi yang berhasil menang setelah tembak2an sama pencuri yang menggunakan kekerasan. Sampai akhirnya salah satu pelakunya ditembak mati. 

Haha, tapi akhirnya saya sempet ngambul dan mutung. Saat itu weekend dan nggak adda berita kriminal belas. Saya ngambul nggak ngantor dan malah ke transnet (warnetnya langganan wartawan di depan grahadi) untuk ngetik di sana. Di cariin dan dimarahin. Hiks. Sialnya itu sampai sekarang jadi gojlokan buat saya. "Ngambul ke transet" okee baiklah my fault. Tapi untunglah itu semuarak berakhir saat saya genap 23 tahun di hari seninnya. Ah susah sekali menuju angka 23 ini ya. 

Bismillah... semoga di tahun ini, Allah memberikan usia yang berkah bagi saya, lebih baik dari tahun sebelumnya, dan bisa semakin bermanfaat untuk orang-orang di sekitar saya. Satu langkah untuk menjadi lebih dewasa. Tahun ini ada banyak target yang coba saya tuliskan di wall dream saya. Semogga satu persatu bisa saya coret dengan senyum yang terkembang. Hanya dengan ridhoMu, Allah.

Thanks for reading guys.  .  .
All of the pictures were taken by Andy Satria. 

thanks mas sam, jadinya bisa di pos di sini deh. 

Minggu, November 09, 2014

People Grow With Their Own Song


Wooo.. Has been long time ya since I left this blog empty. *guilty

Actually, I don't want to share anything dear readers. But lately, since I heard a song that has too meaning for me, then I have something to tell you.
I think, you do agree if I say, people grow with their own song. And so do I.  All of my life is packed in many songs. Let’s say, each song for each moment. Hahhaha
So it’s easy for me to be pulled back in a moment in the past just because I heard one song that I had memory with it.
I will be very pleasure guys if it is a good moment. But…the case will be terrible if it is a bad memory and moment. So I will be brought into the time that I want to forget so much. And sadly, it comes more often in the few days later.

This is because I open the black box, hehe it is Antares actually -my old laptop. I played many songs on it. And you know, one by one my tears down. I didn’t know why. Maybe because the songs I played, brought the memories in my past. Just like this song. 


Just like the lyric, I have so much to say, but you are so far away. 


Minggu, Agustus 24, 2014

Perang Bedak Pahlawan Agustusan


 Gak kerasa merdeka kalau belum ada lomba-lomba agustusan kan ya?








Parade foto perang bedak agustusan 2014 ala Radar Surabaya. Bahagia itu sederhana. Bersama teman bersama mereka. 

Minggu, Agustus 17, 2014

Melihat Rumah Kelahiran Bung Karno di Pandean Peneleh Surabaya

RUMAH PROKLAMATOR: Di Jalan Pandean IV no 40 ini, diketahui sebagai tempat kelahiran Presiden RI pertama, Soekarno. Rumah ini belum dibuka untuk umum karena status miliknya 

Hari ini, tepat 69 silam, Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dua tokoh proklamator ini kemudian juga menjadi presiden-wakil presiden RI pertama. Dan khusus untuk Bung Karno (sebutan Soekarno), sejak 2011 lalu sejarah telah mencatat bahwa dia ternyata lahir di Surabaya.
Fatimatuz Zahroh/Radar Surabaya

JALAN Peneleh Gg Pandean IV/40. Di sinilah rumah tempat Bung Karno dilahirkan. Tidak ada yang menonjol dari rumah bercat putih berukuran 5x14 meter persegi itu. Tempatnya juga tidak ada di pinggir jalan, melainkan harus masuk ke gang sempit yang tak bisa dilalui roda empat. Bahkan jika ke sana, naik roda dua pun harus turun dari kendaraan dan dituntun.

Di rumah bersejarah itu, bahkan tidak ada monumen atau prasasti resmi yang menyatakan bahwa tempat tersebut merupakan bukti sejarah bahwa proklamtor kemerdekaan Republik Indonesia Ir Soekarno dilahirkan di sana pada 6 Juni 1901 silam. Satu-satunya yang menyatakan bahwa rumah tersebut merupakan tempat lahir Bung Karno adalah plakat kuning dari Pemkot Surabaya. Plakat itu

menyatakan bahwa rumah itu adalah tempat lahirnya Bung Karno dan tempat beliau dulu tinggal saat masa kanak-kanak.

Meski demikian, rumah ini bukan milik pemkot. Pemilik rumah ini bernama adalah Mahmud. Dia juga menghuni rumah tersebut. Dia mengaku kerap merasa kerepotan untuk menerima tamu yang berkunjung. Ya, sejak ditetapkan sebagai tempat kelahiran Bung Karno, ada saja pengunjung yang mendatangi rumah ini. Namun kadang kala rumah bersejarah memang tidak dibuka, sebab statusnya adalah milik perorangan.

Mahmud mengungkapkan awalnya dirinya juga tidak tahun bahwa rumah yang sudah didiaminya sejak tahun 1990 itu memiliki nilai sejarah. Lebih-lebih merupakan lahirnya tokoh yang termasuk dalam jajaran pria berpengaruh di dunia. “Yang jelas baru tiga tahun lalu dinyatakan kalau dulu Bung Karno tinggal di sini,” ujarnya.

Tapi, meski dinyatakan sebagai tempat lahirnya Bung Karno, di rumah tersebut tidak ada bukti autentik sejarah tersebut, baik itu foto, kertas atau pun surat-surat yang bisa menjadi jejak sejarah. “Dari cerita sih, dulu Bung Karno lahir di sini. Kemungkinan dulu ditolong dukun bayi atau bidan di sini,” imbuhnya.  Selebihnya Mahmud tidak tahu menahu lagi.

Yang jelas, beberapa waktu yang lalu, putrid Bung Karno Megawati Soekarnoputri pernah datang ke rumah tersebut untuk turut belajar sejarah. Kamar kecil di rumahnya yang diduga tempat Bung Karno kecil menangis pertama kali pun sempat disambangi oleh mantan presiden wanita pertama Indonesia itu.

“Bangunannya memang tidak saya ubah. Dari awal sudah begini,” kata pria berusia 65 tahun ini. Mahmud mengaku sejak awal tinggal di tempat tersebut bersama dua saudaranya Jamilah dan juga suaminya.

Meski sudah ditetapkan sebagai tempat bersejarah, namun pemerintah tidak membeli rumah itu. Mau tidak mau, Mahmud yang dadakan menjadi ‘pemandu’ ketika banyak tamu datang. Seperti saat Radar Surabaya mengunjungi tempat ini. Yang diberikan oleh pemkot hanyalah plakat.

di rumah HOS Tjokroaminoto

Kondisi ini jauh berbeda dengan situs bersejarah lain yang bebeda beberapa gang saja dari Pandean. Yaitu di Jalan Peneleh Gang VII 29-31. Di situ juga terdapat sisa-sisa sejarah sang proklamator. Yaitu kediaman pendiri Sarekat Islam Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto, yang sekaligus menjadi tempat Bung Karno ngekos saat masih muda.

Rumah seluas 9x12 meter persegi itu lebih terawat dan terjaga. Ini lantaran tempat satu ini sudah ditetapkan sebagai cagar budaya. Seorang guide atau pengelola pun ditempatkan khusus untuk menjaga tempat ini.
“Dulu Bung Karno ngekos di rumah HOS Tjokroaminoto ini. Sekarang istilahnya kos, tapi kalau dulu seperti mondok,” ujar Eko Hadi Ratno, pengelola rumah bersejarah ini.

di dalam rumah HOS Tjokroaminoto yang jadi tempat mondoknya bung karno
Eko menyatakan bahwa rumah ini sudah ditemukan sejak tahun 1996 dan baru diresmikan tahun 2009. Berbeda dengan rumah di Pandean, rumah ini mendapat dana khusus dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Surabaya. Total dana per tahun sebesar Rp 12 juta digulirkan untuk biaya perawatan dan penjagaan.

“Sebenarnya rumah yang di Pandean ingin dijadikan datu paket dengan tempat ini. Tapi karena ada konflik pembebasan lahan, makanya rumah di Pandean belum juga menjadi cagar budaya resmi milik pemkot,” terangnya.

Terkait rumah Pandean, Eko sedikit menyebutkan penemuan rumah tersebut sebagai tempat lahir Bung Karno bukan sembarangan. Informasi dari berbagai sumber pun dikumpulkan untuk penetapan ini, termasuk mengundang keluarga Bung Karno dari Blitar. “Pihak keluarga Blitar pun membenarkan bahwa pada tahun kelahiran Bung Karno, orang tua Bung Karno memang tidak sedang di Blitar melainkan di Surabaya. Dan setelah diteliti, ternyata pada tahun tersebut tercatat bahwa orang tua Bung Karno kontrak rumah di Pandean tersebut,” terangnya.

"Kemerdekaan Indonesia itu berawal dari pintu ini," kata Eko. Iya. karena di sini awal mereka berdiskusi dan sadar bangsa kita tengah dijajah
Terkait rumah Pandean, Eko sedikit menyebutkan penemuan rumah tersebut sebagai tempat lahir Bung Karno bukan sembarangan. Informasi dari berbagai sumber pun dikumpulkan untuk penetapan ini, termasuk mengundang keluarga Bung Karno dari Blitar. “Pihak keluarga Blitar pun membenarkan bahwa pada tahun kelahiran Bung Karno, orang tua Bung Karno memang tidak sedang di Blitar melainkan di Surabaya. Dan setelah diteliti, ternyata pada tahun tersebut tercatat bahwa orang tua Bung Karno kontrak rumah di Pandean tersebut,” terangnya. 

Eko menerangkan bahwa di rumah Tjokroaminoto ini memang dijadikan banyak pemuda untuk berguru. Selain Bung Karno, ada juga tokoh kenamaan seperti Kartosuwiryo, Muso Halimin dan juga beberapa pemuda lainnya. Di sini, Tjokroaminoto selain mengajari tentang agama juga tentang kebangsaan. Tjokroaminoto berupaya menyadarkan para pemuda bahwa negara Indonesia sedang dijajah.

“Karena lama di sini, Bung Karno akhirnya menikah dengan putri Tjokroaminoto bernama Oetari. Bung Karno memang sejak dulu sudah dikenal sebagai murid yang luar biasa oleh beliau,” imbuhnya. (*/jee) 
nih tak kasih gambar di dalem ruangannya tapi pake narsis.. hehe

Dirgahayu ke 69 Indonesiaaa ...
Foto-foto oleh Ahmad Khusaini fotografer Radar Surabaya. Kecuali foto selfie terakhir.

Selasa, Agustus 12, 2014

Jelajahi 4.000 Kilometer Rel Kereta Api di Jawa dan Sumatera

BUKU KERETA API: Toshimichi Koga menunjukkan buku hasil karyanya yang merupakan catatan perjalanan menaiki kereta api di Indonesia. 

*Toshimichi Koga, Wakil Konsulat Jenderal Jepang di Surabaya

Jelajahi 4.000 Kilometer Rel Kereta Api di Jawa dan Sumatera

Negara Jepang punya kereta tercepat di dunia Shinkanzen. Namun, hal tersebut tidak mengurungkan Wakil Konsulat Jenderal Jepang di Surabaya Toshimichi Koga untuk mengagumi kereta api di Indonesia. Dia pun memutuskan untuk menulis buku tentang perkeretaapian Indonesia. 
Fatimatuz Zahroh
Wartawan Radar Surabaya
Koga memang sudah gandrung dengan kereta api sejak kecil. Setiap bertandang ke negara asing, pria 42 tahun ini pasti menyempatkan diri untuk mencicipi sarana angkutan umum kereta apinya. Tak terkecuali di Indonesia. Sejak empat tahun menetap di Indonesia dan dua tahun di Surabaya, Koga bahkan telah menjelajahi seluk beluk Indonesia dengan kereta api.
Koga juga memutuskan untuk menulis buku tentang perkeretaapian Indonesia. Sebuah buku bertajuk Indonesia Railway Trip, Ayo Berkelana Keliling Indonesia Naik Kereta Api, berhasil ia tulis dan diterbitkan di Jepang pada Juni 2014 lalu.
 “Jika ditanya kenapa suka kereta api, itu adalah pertanyaan yang sulit. Seperti halnya saat ditanya kenapa suka bakso, ya saya hanya sangat suka dengan kereta api,” tuturnya tertawa renyah.
Bagi Koga, Indonesia memiliki identitas perkeretaapian yang unik. Meski dari sisi teknologi, masih kalah dengan negara tetangga, namun justru memiliki potensi heritage dari segi engine kereta apinya. Pria asli Tokyo ini mencontohkan, bahkan di beberapa daerah di Indonesia masih menggunakan kereta uap jaman peninggalan Belanda. Seperti di daerah Jember, dimana para petani tebu kerap menggunakan kereta uap ini untuk mengangkut tebu ke pabrik gula.
“Tidak semua negara punya (kereta upan, Red) ini. Bahkan saya menyempatkan diri ke sana (Jember, Red) langsung di musim panen hanya untuk bisa melihat dan mengambil gambar kereta uap itu,” kata dia. Dalam buku setebal 300 halaman itu, dikatakan Koga 95 persen dari foto kereta yang dipakai adalah hasil jepretannya sendiri. Sedang sisanya ia cari di internet atau meminta di PT KAI.
Butuh dua tahun totalnya untuk Koga merampungkan buku pertamanya ini. Mulanya, Koga sama sekali tidak berniat merangkum perjalanannya menjelajah Indonesia ke dalam sebuah buku. Namun, karena ia selalu mencatat setiap perjalanannya sendiri, Koga jadi merasa sayang jika pengalamannya tersebut tidak disebarluaskan ke negara asalnya di negeri Sakura. Pasalnya, di Jepang, penghobi kereta seperti dirinya juga banyak
“Banyak warga Jepang yang setiap tahun datang ke Indonesia untuk melihat kereta di Indonesia. Khususnya melihat kereta asal Jepang yang dipakai di Indonesia. Seperti yang dipakai di Jabodetabek yang biasa dipakai masyarakat untuk berangkat bekerja (KRL, Red),” tutur pria kelahiran 4 Januari 1972 ini.
Untuk itu, dalam bukunya tersebut Koga mencoba memberi guiding bagi para pencinta kereta api di Jepang jika ingin menjajal jalur kereta api di Jawa dan Sumatera sejauh 4.000 kilometer yang sudah ia jelajahi seluruhnya. Koga juga menuliskan sejarah kereta api di Indonesia sejak 1867. Tidak hanya itu, sejumlah jalur kereta yang apik juga ia tuliskan. Seperti jalur kereta api di Jawa yaitu di Bandung yang memiliki track jembatan yang cukup tinggi. Juga jalur kereta api Banyuwangi yang melalui kawasan hutan lengkap dengan foto-foto kereta dan landscape-nya.
Satu hal yang ia catat tentang perkeretaapian di Indonedia. Menurut Koga, pengurus jasa kereta api belum cukup ramah bagi wisatawan asing. “Misalnya saja ketika saya ingin ke Klaten atau Solo, itu harus transit kemana saja itu tidak aad. Di jadwal kereta api hanya disebutkan asal dan tujuan dan juga jamnya pukul berapa. Sedangkan kereta berhenti di stasiun mana saja masih tidak ada,” ungkapnya.
Padahal, hal tersebut bisa jadi menjadi informasi yang sangat penting bagi para penumpang. Lebih-lebih yang dari mancanegara. Oleh sebab itu Koga pun sempat mencatat detil dalam setiap perjalanannya kereta yang ia tumpangi berhenti di stasiun mana saja dan ia tuangkan dalam bukunya. “Agar warga Jepang yang ingin mencoba kereta api Indonesia tidak bingung lagi. Dan semakin banyak warga Jepang yang ke Indonesia,” pungkasnya. (*/hen)
Mr Koga dengan puluhan koleksi majalah kereta apinya
Foto-Foto by Andy Satria
Fotografer Radar Surabaya

Jumat, Juli 04, 2014

10 Wasiat Rasulullah SAW pada Fatimah

Wasiat Rasulullah pada putrinya Fatimah Az-Zahro patut direnungkan, baik oleh wanita karir, perempuan yang fokus mendidik anak di rumah atau sebagai ibu rumah tangga, bahkan untuk para suami sebagai kepala rumah tangga.
Wasiat ini juga penting bagi ayah atau ibu yang mempunyai anak yang belum menikah, termasuk mereka yang sudah menikah. Pada bulan yang penuh berkah dan ampunan ini, marilah kita bersama-sama memperhatikan 10 wasiat Rasulullah ini.
Pertama, wahai Fatimah! Sesungguhnya wanita yang membuat tepung untuk suami dan anak-anaknya, kelak Allah akan tetapkan baginya kebaikan dari setiap biji gandum yang diadonnya. Allah juga akan melebur kejelekan serta meningkatkan derajatnya.
Kedua, wahai Fatimah! Sesungguhnya wanita yang berkeringat ketika menumbuk tepung untuk suami dan anak-anaknya, niscaya Allah akan menjadikan antara neraka dan dirinya tujuh tabir pemisah.
Ketiga, wahai Fatimah! Sesungguhnya wanita yang meminyaki rambut anak-anaknya, lalu menyisirnya, dan kemudian mencuci pakaiannya, maka Allah akan tetapkan pahala baginya seperti pahala memberi makan seribu orang yang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang.
Keempat, wahai Fatimah! Sesungguhnya wanita yang membantu kebutuhan tetangga-tetangganya, maka Allah akan membantunya untuk dapat meminum Telaga Kautsar pada hari kiamat nanti.
Kelima, wahai Fatimah! Yang lebih utama dari seluruh keutamaan di atas adalah keridhaan suami terhadap istri. Andaikata suamimu tidak ridha kepadamu,maka aku tidak akan mendoakanmu. Ketahuilah Fatimah, kemarahan suami adalah kemurkaan Allah.
Keenam, wahai Fatimah! Di saat seorang wanita hamil, maka malaikat memohonkan ampunan baginya, dan Allah tetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan, serta melebur seribu kejelekan. Ketika seorang wanita merasa sakit akan melahirkan, maka Allah tetapkan pahala baginya sama dengan pahala para Pejuang Allah. Di saat seorang wanita melahirkan kandungannya, maka bersihlah dosa-dosanya seperti ketika dia dilahirkan dari kandungan ibunya. Di saat seorang wanita meninggal karena melahirkan, maka dia tidak akan membawa dosa sedikit pun. Di dalam kubur akan mendapat taman yang indah yang merupakan bagian dari taman surga. Allah memberikan padanya pahala yang sama dengan pahala seribu orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, dan seribu malaikat memohonkan ampunan baginya hingga hari kiamat.
Ketujuh, wahai Fatimah! Di saat seorang istri melayani suaminya selama sehari semalam, dengan rasa senang dan ikhlas, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya serta memakaikan pakaian padanya di hari kiamat berupa pakaian yang serba hijau, dan menetapkan baginya setiap rambut pada tubuhnya seribu kebaikan. Allahpun akan memberikan kepadanya pahala seratus kali ibadah haji dan umrah.
Delapan, wahai Fatimah! Di saat seorang istri tersenyum di hadapan suaminya, maka Allah akan memandangnya dengan pandangan penuh kasih.
Sembilan, wahai Fatimah! Di saat seorang istri membentangkan alas tidur untuk suaminya dengan rasa senang hati, maka para malaikat yang memanggil dari langit menyeru wanita itu agar menyaksikan pahala amalnya, dan Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.
Sepuluh, wahai Fatimah! Di saat seorang wanita meminyaki kepala suami dan menyisirnya, meminyaki jenggotnya dan memotong kumisnya serta kuku-kukunya, maka Allah akan memberi minuman yang dikemas indah kepadanya, yang didatangkan dari sungai-sungai surga. Allah pun akan mempermudah sakaratul maut baginya, serta menjadikan kuburnya bagian dari taman surga. Allah pun menetapkan baginya bebas dari siksa neraka serta dapat melintasi shirathal mustaqim dengan selamat.

#Makasih Pak Za

Adzan Masjid Rahmat Jadi Patokan Se Surabaya dan Jatim

masjid Rahmat Surabaya
Istiqomah Menjaga Waktu Sholat Tepat Waktu
Saat yang paling ditunggu-tunggu di bulan suci Ramadhan adalah suara adzan magrib. Berkumandangnya adzan ini menjadi tanda kemenangan usai sehari penuh melawan hawa nafsu berupa lapar dan juga dahaga. Namun, sudah tahukah pembaca bahwa yang menjadi pusat standar adzan di Surabaya dan juga Jawa Timur adalah salah satu masjid tertua di Surabaya, yaitu Masjid Rahmat.

Masjid yang didirikan oleh Raden Rahmat atau Sunan Ampel ini sudah ada sejak jaman Majapahit, namun baru dibagun ulang tahun 1967. Dua tahun setelah berderi, masjid yang berlokasi di Kembang Kuning ini memndirikan pemancar radio  yang diberi nama Yasmara.Melalui radio inilah, takmir masjid dan yayasan Masjid Rahmat konsen untuk menjaga waktu sholat dan jugs syiar agama Islam.

Nah, di bulan Ramadhan begini, banyak media yang menyambangi masjid ini guna mencocokkan jadwal waktu adzan sholat dan juga waktu imsak. Seperti TVRI, SCTV, TV9, JTV, dan sejumlah radio lain. “Kami sudah jadi rujukan sejak sejak tahun 1970, kami dianggap yang palin istiqomah menjaga waktu sholat dengan mengumandangkan adzan tepat waktu,” ujar Ketua Yayasan Masjid Rahmat Mansyur saat disambangi tim Radar Surabaya kemarin (28/6) pagi. Dirinya menuturkan bahwa siaran dari radio Yasmara ini kemudian dijadikan barometer kumandang adzan di Surabaya.

Hampir setiap masjid di Surabaya memakai patokan adzan dari masjid Rahmat. Setiap menjelang adzan, radio Yasmara selalu menyiarkan syiir tanpo waton milik Gus Dur. Baru setelah itu dilanjutkan dengan bacaan Alquran oleh Syekh Mahmud Al-Khusairi sebelum adzan.

Serangkaian siaran ini yang biasanya juga dikumandangkan melalui speaker di surau-surau ataupun masjid-masjid di penjuru Surabaya. Hingga saat radio Yasmara mengumandangkan adzan dari Masjid Rahmat, maka masing-masing masjid pun mengumandangkan adzannya masing-masing. “Kalau kami belum adzan, biasanya masjid yang lain belum berani adzan. Bahkan meski di TV sudah adzan, kalau Yasmara belum adzan, banyak yang belum berani berbuka,” urainya.

Dijadikan patokan jadwal sholat dan imsak, Masjid Rahmat bukan tanpa dasar menentukan standar waktunya. Melainkan setiap harinya, Yasmara selalu melakukan pencocokan waktu di dinas Kominfo RI melalui layanan telepon 103. Dijelaskan Mansyur, setiap hari waktu bisa berbeda. Kadang melambat kdang juga semakin cepat. Oleh sebab itu, setiap hari harus dikalibrasi standar waktunya. Begitu juga dengan jadwal sholat, radio Yasmara ini secara langsung mendapatkan jadwal dari Kantor wilayah Kementerian Agama Jawa timur.

Rupanya, kumandang adzan dari Masjid Rahmat yang juga mengudara melalui radio Yasmara tidak hanya dijadikan patokan warga Surabaya saja. Melainkan juga kota lain di Jawa Timur. Mulai dari Madura, Gresik, Lamongan, Tuban dan Bojonegoro. Hal ini lantaran radio Yasmara yang mengudara di saluran amplitude modulation (AM) membuat jangkauan radio ini luas dan diterima di daerah pesisir.“Kami bangga bisa dijadikan barometer, ini tandanya keistiqomahan memang membuat hasil yang tidak sia-sia. Ya seperti orang yang panan, nggak tahu nya sudah banyak pengikutnya,” ujarnya. 

Untuk menemani para pendengarnya, radio Yasmara pun sudah menyusun serangkaian progam yang dikemas dalam Sahara Ramadhan. Program tersebut dimulai sejak pukul 12.00 dengan diisi dengan ceramah kitab Al-Hikam. Kemadian dialnjutkan dengan siraman rohani dan berlanjut dengan siaran untuk menemani makan sahur.

Untuk sore harinya, mulai pukul 16.00, radio ini pun menyiarkan tadarusan warga setempat dan juga sholawatan. Tidak rampung sampai disitu, sebelum rangkaian adzan dikumandangkan juga ada kuliah tujum menit sebagai siraman rohani sebelum berbuka puasa.

Mansyur menuturkan karena masjid rahmat dan juga radio Yasmara konsisten dalam menyebarkan syiar agama Islam, baru baru ini mereka memperoleh penghargaan dari NU wilayah Jatim. “Tahun ini masjid Rahmat memperoleh penghargaan dari NU wilayah Jatim sebagaimasjid penegak ahlusshunnah wal jamaah (aswaja),” ujarnya.

Dengan menjadi barometer di Surabaya dan Jawa Timur membuat yayasan semakin konsen untuk menjaga kualitas pergerakan syiar Islam. Dijelasnkan Masnsyu bahwa sejauh ini radio Yasmara hanya memiliki 6 kru. Namun. hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk terus mengumandangkan pesan-pesan kebaikan pada para pendengarnya. “Karena banyak yang mendengarkan justru membuat kami terpacu untuk menyajikan yang terbaik,” pungkasnya.

Hal senada juga disampaikan oleh salah seorang penyiar radio Yasmara Syahrul Hidayat. Dirinya menuturkan bahwa kalau bulan Ramadhan atensi dari pendengar memang meningkat pesat. “Atensi dari pendengar menngkat. Jadi walupun tengah malam siaran juga rasanya tidak sia-sia,” katanya. (ima) 

A side Story
Yaaa,,, liputan ke masjid satu ini sebenernya membawa saya ke tiga tahun yang lalu. Saya sempat ke masjid ini, yaa juga pas Ramadhan sih. Ikut ayah jadi imam di masjid ini. Dan itu jadi Ramadhan terakhir bersama ayah. Entahlah, bisa jadi itu firasat ya, Ayah jarang banget bawa keluarga ikut ceramah atau khutbah ke luar kota kecuali ada alasan khusus. Kadang yang diajak yang paling kecil. 

Dulu pas masih belum punya adik, saya suka di ajak sama ning is, atau pas sudah ada adek aziz dan rahman yang di ajak ya mereka. Kadang momennya juga nggak sembarangan. Misal pas ngimami idul fitri atau idul adha. Nah, ini ngimami tarawih di Masjid Rahmat kita semua diajak. 

Inget banget buka puasa di mobil, dan jamaah sama Ayah disini, rasanya adem. Ndengerin  bacaan tartil Ayah itu nggak ada duanya.... Semoga Ayah tenang di sana... Amin