Saat yang paling
ditunggu-tunggu di bulan suci Ramadhan adalah suara adzan magrib.
Berkumandangnya adzan ini menjadi tanda kemenangan usai sehari penuh melawan
hawa nafsu berupa lapar dan juga dahaga. Namun, sudah tahukah pembaca bahwa
yang menjadi pusat standar adzan di Surabaya dan juga Jawa Timur adalah salah
satu masjid tertua di Surabaya, yaitu Masjid Rahmat.
Masjid yang
didirikan oleh Raden Rahmat atau Sunan Ampel ini sudah ada sejak jaman
Majapahit, namun baru dibagun ulang tahun 1967. Dua tahun setelah berderi,
masjid yang berlokasi di Kembang Kuning ini memndirikan pemancar radio
yang diberi nama Yasmara.Melalui radio inilah, takmir masjid dan yayasan Masjid
Rahmat konsen untuk menjaga waktu sholat dan jugs syiar agama Islam.
Nah, di bulan Ramadhan
begini, banyak media yang menyambangi masjid ini guna mencocokkan jadwal waktu
adzan sholat dan juga waktu imsak. Seperti TVRI, SCTV, TV9, JTV, dan sejumlah
radio lain. “Kami sudah jadi rujukan sejak sejak tahun 1970, kami dianggap yang
palin istiqomah menjaga waktu sholat dengan mengumandangkan adzan tepat waktu,”
ujar Ketua Yayasan Masjid Rahmat Mansyur saat disambangi tim Radar Surabaya
kemarin (28/6) pagi. Dirinya menuturkan bahwa siaran dari radio Yasmara ini
kemudian dijadikan barometer kumandang adzan di Surabaya.
Hampir setiap
masjid di Surabaya memakai patokan adzan dari masjid Rahmat. Setiap menjelang
adzan, radio Yasmara selalu menyiarkan syiir tanpo waton milik Gus Dur. Baru
setelah itu dilanjutkan dengan bacaan Alquran oleh Syekh Mahmud Al-Khusairi
sebelum adzan.
Serangkaian siaran
ini yang biasanya juga dikumandangkan melalui speaker di surau-surau ataupun
masjid-masjid di penjuru Surabaya. Hingga saat radio Yasmara mengumandangkan
adzan dari Masjid Rahmat, maka masing-masing masjid pun mengumandangkan adzannya
masing-masing. “Kalau kami belum adzan, biasanya masjid yang lain belum
berani adzan. Bahkan meski di TV sudah adzan, kalau Yasmara belum adzan, banyak
yang belum berani berbuka,” urainya.
Dijadikan patokan
jadwal sholat dan imsak, Masjid Rahmat bukan tanpa dasar menentukan standar
waktunya. Melainkan setiap harinya, Yasmara selalu melakukan pencocokan waktu
di dinas Kominfo RI melalui layanan telepon 103. Dijelaskan Mansyur, setiap
hari waktu bisa berbeda. Kadang melambat kdang juga semakin cepat. Oleh sebab
itu, setiap hari harus dikalibrasi standar waktunya. Begitu juga dengan jadwal
sholat, radio Yasmara ini secara langsung mendapatkan jadwal dari Kantor
wilayah Kementerian Agama Jawa timur.
Rupanya,
kumandang adzan dari Masjid Rahmat yang juga mengudara melalui radio Yasmara
tidak hanya dijadikan patokan warga Surabaya saja. Melainkan juga kota lain di
Jawa Timur. Mulai dari Madura, Gresik, Lamongan, Tuban dan Bojonegoro. Hal ini
lantaran radio Yasmara yang mengudara di saluran amplitude modulation (AM)
membuat jangkauan radio ini luas dan diterima di daerah pesisir.“Kami bangga
bisa dijadikan barometer, ini tandanya keistiqomahan memang membuat hasil yang
tidak sia-sia. Ya seperti orang yang panan, nggak tahu nya sudah banyak
pengikutnya,” ujarnya.
Untuk menemani
para pendengarnya, radio Yasmara pun sudah menyusun serangkaian progam yang
dikemas dalam Sahara Ramadhan. Program tersebut dimulai sejak pukul 12.00
dengan diisi dengan ceramah kitab Al-Hikam. Kemadian dialnjutkan dengan siraman
rohani dan berlanjut dengan siaran untuk menemani makan sahur.
Untuk sore
harinya, mulai pukul 16.00, radio ini pun menyiarkan tadarusan warga setempat
dan juga sholawatan. Tidak rampung sampai disitu, sebelum rangkaian adzan
dikumandangkan juga ada kuliah tujum menit sebagai siraman rohani sebelum
berbuka puasa.
Mansyur menuturkan
karena masjid rahmat dan juga radio Yasmara konsisten dalam menyebarkan syiar
agama Islam, baru baru ini mereka memperoleh penghargaan dari NU wilayah Jatim.
“Tahun ini masjid Rahmat memperoleh penghargaan dari NU wilayah Jatim
sebagaimasjid penegak ahlusshunnah wal jamaah (aswaja),” ujarnya.
Dengan menjadi
barometer di Surabaya dan Jawa Timur membuat yayasan semakin konsen untuk
menjaga kualitas pergerakan syiar Islam. Dijelasnkan Masnsyu bahwa sejauh ini
radio Yasmara hanya memiliki 6 kru. Namun. hal tersebut tidak menghalangi
mereka untuk terus mengumandangkan pesan-pesan kebaikan pada para pendengarnya.
“Karena banyak yang mendengarkan justru membuat kami terpacu untuk menyajikan
yang terbaik,” pungkasnya.
Hal senada juga disampaikan oleh salah seorang penyiar
radio Yasmara Syahrul Hidayat. Dirinya menuturkan bahwa kalau bulan Ramadhan
atensi dari pendengar memang meningkat pesat. “Atensi dari pendengar menngkat.
Jadi walupun tengah malam siaran juga rasanya tidak sia-sia,” katanya.
(ima)
A side Story
Yaaa,,, liputan ke
masjid satu ini sebenernya membawa saya ke tiga tahun yang lalu. Saya sempat ke
masjid ini, yaa juga pas Ramadhan sih. Ikut ayah jadi imam di masjid ini. Dan
itu jadi Ramadhan terakhir bersama ayah. Entahlah, bisa jadi itu firasat ya,
Ayah jarang banget bawa keluarga ikut ceramah atau khutbah ke luar kota kecuali
ada alasan khusus. Kadang yang diajak yang paling kecil.
Dulu pas masih
belum punya adik, saya suka di ajak sama ning is, atau pas sudah ada adek aziz
dan rahman yang di ajak ya mereka. Kadang momennya juga nggak sembarangan.
Misal pas ngimami idul fitri atau idul adha. Nah, ini ngimami tarawih di Masjid
Rahmat kita semua diajak.
Inget banget buka
puasa di mobil, dan jamaah sama Ayah disini, rasanya adem. Ndengerin
bacaan tartil Ayah itu nggak ada duanya.... Semoga Ayah tenang di sana...
Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar