Jumat, Juli 04, 2014

Adzan Masjid Rahmat Jadi Patokan Se Surabaya dan Jatim

masjid Rahmat Surabaya
Istiqomah Menjaga Waktu Sholat Tepat Waktu
Saat yang paling ditunggu-tunggu di bulan suci Ramadhan adalah suara adzan magrib. Berkumandangnya adzan ini menjadi tanda kemenangan usai sehari penuh melawan hawa nafsu berupa lapar dan juga dahaga. Namun, sudah tahukah pembaca bahwa yang menjadi pusat standar adzan di Surabaya dan juga Jawa Timur adalah salah satu masjid tertua di Surabaya, yaitu Masjid Rahmat.

Masjid yang didirikan oleh Raden Rahmat atau Sunan Ampel ini sudah ada sejak jaman Majapahit, namun baru dibagun ulang tahun 1967. Dua tahun setelah berderi, masjid yang berlokasi di Kembang Kuning ini memndirikan pemancar radio  yang diberi nama Yasmara.Melalui radio inilah, takmir masjid dan yayasan Masjid Rahmat konsen untuk menjaga waktu sholat dan jugs syiar agama Islam.

Nah, di bulan Ramadhan begini, banyak media yang menyambangi masjid ini guna mencocokkan jadwal waktu adzan sholat dan juga waktu imsak. Seperti TVRI, SCTV, TV9, JTV, dan sejumlah radio lain. “Kami sudah jadi rujukan sejak sejak tahun 1970, kami dianggap yang palin istiqomah menjaga waktu sholat dengan mengumandangkan adzan tepat waktu,” ujar Ketua Yayasan Masjid Rahmat Mansyur saat disambangi tim Radar Surabaya kemarin (28/6) pagi. Dirinya menuturkan bahwa siaran dari radio Yasmara ini kemudian dijadikan barometer kumandang adzan di Surabaya.

Hampir setiap masjid di Surabaya memakai patokan adzan dari masjid Rahmat. Setiap menjelang adzan, radio Yasmara selalu menyiarkan syiir tanpo waton milik Gus Dur. Baru setelah itu dilanjutkan dengan bacaan Alquran oleh Syekh Mahmud Al-Khusairi sebelum adzan.

Serangkaian siaran ini yang biasanya juga dikumandangkan melalui speaker di surau-surau ataupun masjid-masjid di penjuru Surabaya. Hingga saat radio Yasmara mengumandangkan adzan dari Masjid Rahmat, maka masing-masing masjid pun mengumandangkan adzannya masing-masing. “Kalau kami belum adzan, biasanya masjid yang lain belum berani adzan. Bahkan meski di TV sudah adzan, kalau Yasmara belum adzan, banyak yang belum berani berbuka,” urainya.

Dijadikan patokan jadwal sholat dan imsak, Masjid Rahmat bukan tanpa dasar menentukan standar waktunya. Melainkan setiap harinya, Yasmara selalu melakukan pencocokan waktu di dinas Kominfo RI melalui layanan telepon 103. Dijelaskan Mansyur, setiap hari waktu bisa berbeda. Kadang melambat kdang juga semakin cepat. Oleh sebab itu, setiap hari harus dikalibrasi standar waktunya. Begitu juga dengan jadwal sholat, radio Yasmara ini secara langsung mendapatkan jadwal dari Kantor wilayah Kementerian Agama Jawa timur.

Rupanya, kumandang adzan dari Masjid Rahmat yang juga mengudara melalui radio Yasmara tidak hanya dijadikan patokan warga Surabaya saja. Melainkan juga kota lain di Jawa Timur. Mulai dari Madura, Gresik, Lamongan, Tuban dan Bojonegoro. Hal ini lantaran radio Yasmara yang mengudara di saluran amplitude modulation (AM) membuat jangkauan radio ini luas dan diterima di daerah pesisir.“Kami bangga bisa dijadikan barometer, ini tandanya keistiqomahan memang membuat hasil yang tidak sia-sia. Ya seperti orang yang panan, nggak tahu nya sudah banyak pengikutnya,” ujarnya. 

Untuk menemani para pendengarnya, radio Yasmara pun sudah menyusun serangkaian progam yang dikemas dalam Sahara Ramadhan. Program tersebut dimulai sejak pukul 12.00 dengan diisi dengan ceramah kitab Al-Hikam. Kemadian dialnjutkan dengan siraman rohani dan berlanjut dengan siaran untuk menemani makan sahur.

Untuk sore harinya, mulai pukul 16.00, radio ini pun menyiarkan tadarusan warga setempat dan juga sholawatan. Tidak rampung sampai disitu, sebelum rangkaian adzan dikumandangkan juga ada kuliah tujum menit sebagai siraman rohani sebelum berbuka puasa.

Mansyur menuturkan karena masjid rahmat dan juga radio Yasmara konsisten dalam menyebarkan syiar agama Islam, baru baru ini mereka memperoleh penghargaan dari NU wilayah Jatim. “Tahun ini masjid Rahmat memperoleh penghargaan dari NU wilayah Jatim sebagaimasjid penegak ahlusshunnah wal jamaah (aswaja),” ujarnya.

Dengan menjadi barometer di Surabaya dan Jawa Timur membuat yayasan semakin konsen untuk menjaga kualitas pergerakan syiar Islam. Dijelasnkan Masnsyu bahwa sejauh ini radio Yasmara hanya memiliki 6 kru. Namun. hal tersebut tidak menghalangi mereka untuk terus mengumandangkan pesan-pesan kebaikan pada para pendengarnya. “Karena banyak yang mendengarkan justru membuat kami terpacu untuk menyajikan yang terbaik,” pungkasnya.

Hal senada juga disampaikan oleh salah seorang penyiar radio Yasmara Syahrul Hidayat. Dirinya menuturkan bahwa kalau bulan Ramadhan atensi dari pendengar memang meningkat pesat. “Atensi dari pendengar menngkat. Jadi walupun tengah malam siaran juga rasanya tidak sia-sia,” katanya. (ima) 

A side Story
Yaaa,,, liputan ke masjid satu ini sebenernya membawa saya ke tiga tahun yang lalu. Saya sempat ke masjid ini, yaa juga pas Ramadhan sih. Ikut ayah jadi imam di masjid ini. Dan itu jadi Ramadhan terakhir bersama ayah. Entahlah, bisa jadi itu firasat ya, Ayah jarang banget bawa keluarga ikut ceramah atau khutbah ke luar kota kecuali ada alasan khusus. Kadang yang diajak yang paling kecil. 

Dulu pas masih belum punya adik, saya suka di ajak sama ning is, atau pas sudah ada adek aziz dan rahman yang di ajak ya mereka. Kadang momennya juga nggak sembarangan. Misal pas ngimami idul fitri atau idul adha. Nah, ini ngimami tarawih di Masjid Rahmat kita semua diajak. 

Inget banget buka puasa di mobil, dan jamaah sama Ayah disini, rasanya adem. Ndengerin  bacaan tartil Ayah itu nggak ada duanya.... Semoga Ayah tenang di sana... Amin 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar