Selasa, November 12, 2013

The Snitch-es


  the rain falls into you

just like the sun shines you 

 smiling to the dark




seperti kata pepatah tak ada yang bisa dikenang dari masa lalu. dan tidak ada yang bisa di gambarkan dari sebuah masa depan. tapi ada sebuah pembenaran tentang satu cerita tentang aku dan duniaku..

Senin, November 04, 2013

Being a Journalist*

Mungkin bagi orang lain, ini tidak penting. Tapi bagi saya, memberi apresiasi pada diri sendiri itu perlu. Pertama, untuk memotivasi diri sendiri, kedua untuk menginspirasi saya sendiri. Karena yaa, setiap orang pasti punya sisi low dan high motivation kan. Biasanya, dengan me-refresh pikiran dengan hal begini bisa membuat mood saya suatu hari jadi berubahan positif.

Dan, siapa tahu kelak, saya ingin flash back, biarkan lewat blog ini saya bernostalgilaaa, hehehe
 
Ini satu cerita tentang pengalaman saya sebagai wartawan (onjobtraining) di Radar Surabaya. Sebuah koran lokal anak perusahaan Jawa Pos Grup. Atas satu peristiwa membuat saya tiba-tiba ingin terjun ke dunia satu ini. Dan Alhamdulillah diberi kesempatan untuk terjun langsung dan merasakan hidup di jalan ala Wartawan. 

Rasanya? Nggak ada kata yang lebih mewakili, selain kata S E R U. Setiap hari bertandang satu tempat ke tempat yang lain, hanya untuk mendapatkan satu dua tiga cerita. Berita. Satu yang jadi paling mengasyikkan adalah semua ini membuat saya menghafal jalan, menghafal orang, mengenal orang dan jeli dalam segala hal. 

Lapsus halaman 1. Yeeeey. Nembus ini susaaah
Sedikit beban mental. haha, karena jadi wartawan bukan hanya soal melaporkan berita. Tetapi juga membela, menyampaikan, menyalurkan pendapat, daaaan banyak yang lain. Dan satu lagi, jadi wartawan itu adalah soal kecepatan dan ketepatan. Ngebut? Selalu. Dan membuat jari-jari ini selalu lincah menekan tuts keyboard. Hahaha. Alaynya lagi, tangan ngapal. Karena? Kebanyakan nyetir. -___-

Hmm, berfikir menjadikan wartawan sebagai profesi memang membutuhkan pertimbangan yang sangat panjang. Pertama, wartawan (dalam skala saya) tidak cocok untuk perempuan. Benar kata seseorang. Kelak, kalau sudah berkeluarga (haallah) saya nggak mau jadi wartawan. Profesi ini sangat membuat lupa waktu lupa keluarga. Tapi seeeruu. Hahaha, biarlah ini menjadi proses penjajakan di masa muda. Menggali pengalaman menggali ilmu. 

si rumah miring yang longsor karena terdampak proyek pemerintah

Empat bule yang ngamuk bangunan peninggalan Belanda ditelantarkan. Iyalah, dulu kalian penjajah!

inspiring kid. berprestasi karna ditinggal ibunya (broken home)
Serunya karena saya bisa merasakan bagaimana berhubungan dan berkomunikasi mulai dari grassroot, pejabat, atau marginal. Mengungkap kasus, dan berburu kecepatan dengan media lain. Hmm, menulis begini membuat saya berfikir bagaimana saya harus melepaskan ini semua kelak.

Walikota Tri Rismaharini. Inspiring Woman :D

Fashion show. Baru kali ini nonton beginian. haha
Benar kata seseorang, ketika kita memulai, kita juga harus tau kapan harus mengakhiri. Tetap tinggal atau akan berlari suatu saat. Tapi emang ya, yang nama ikatan persaudaraan sesama jurnalis itu sangat kental. Kemana saja asal kita wartawan, orang lain, baik sesama wartawan atau bukan pasti akan selalu dibantu. heehehe. Saya baru akan menginjak bulan ketiga. Masih butuh berpuluh-puluh tahun lagi untuk bisa menjadi wartawan sejati. 

Tapi ada sesuatu yang aneh. Jadi wartawan itu memang penuh cobaan. Iman terutama. Nggak sekali dua kali pas ngeliput di kasih amplop. Pertama saya kira itu amplop apaan, eh duit. Setelah konsultasi, ternyata begituan termasuk sogokaj. Astagaa. Dan yang ngasih kebanyakan dinas pemerintahan. Satu wartaawan dikasih duit segitu. Ckckckc..

Belum lagi si polisi. Sudah lebih dari dua kali saya lolos tilang karena saya nyebut saya wartawan. Ngikngok banget. Pernah langsung dikebalikan duit saya, padahal saya belum sempet ngeluarin kartu pers saya. Aneh.. Ya aneh, emang kenapa kalau wartawan? Payah kan..

Yovie n Nuno
 But, so far, I am enjoy for being a journalist.

*_*