Hello readers… siap menyapamu
kembali. Kali ini aku akan sedikit cerita tentang perjalananku ke negeri singa
beberapa waktu yang lalu. Kebetulan baru-baru ini aku ditugaskan untuk terbang
ke Singapura untuk meliput satu konferensi internasional se-Asia, Association
of Southeast Asian Institution of Higher Learning (ASSAIHL). Lebih tepatnya
Asean plus Hongkong.
Sebenarnya yang konferensi
internasionalnya cukup unik sih ya. Aku ditugaskan membuat tulisan tentang karya dosen
Unversitas Narotama yang mengangkat permainan tradisional Gobak Sodor dan
Bentengan untuk mengajar di kelas. Ada sekitar 200 peserta di konferensi itu.
Cukup banyak juga peserta dari Indonesia. Seperti Unair, Unbraw, dan juga Unesa
dan Perbanas. Tapi karena aku kesana sponsored by Narotama, jadilah aku menulis tentang dua dosen nyentrik ini.
Nama dosennya Rony Wardhana dan
Immah Inayati. Jadi mereka menggunakan dua permainan tradisional itu dalam mata
kuliah manajemen system control. Mahasiswanya dalam mengajar diumpamakan lagi
main gobak sodor dan bentengan. Unik kan? Pembelajarannya, permainan itu
digunakan untuk membuat strategi dalam mengatasi ekonomi dan bisnis dalam
perushaan.
Nah tulisannya jadinya gini nih..
E3ditional Macos Universitas Narotama |
Tapi ada yang lebih bikin aku
seneng dalam berpetualang meliput di negeri yang sangat bersih itu. Sebelum berangkat kesana, Pemredku menugaskan
agar aku nggak hanya membuat tulisan tentang tentang konferensi itu saja.
Melainkan juga membuat tulisan feature. Terserah membuat tulisan apa. Yang nemu
disana, yang bisa diangkat jadi berita.
Sebelum berangkat aku sudah mulai
cari ide. Apa ya yang bisa diangkat. Akhirnya aku memutuskan untuk menulis
tentang pembatasan memiliki kendaraan pribadi di Singapura. Ide itu tercetus
karena yang aku dengar di sana masyarakatnya dibatasi untuk punya mobil.
Kabarnya karena ada pengaturan untuk system pajak dan pembelian mobil bahkan
untuk mereka harus antri untuk punya mobil.
Aku sempat sharing dengan
fotograferku yang juga ikut berangkat. Aku sharing untuk request foto. Dia sempat ngritik kenapa aku pake ngonsep sebelum berangkat,
katanya lihat langsung aja di lapangan yang menarik apa, itu yang dijadikan
angle. Tapi yaaaa gimana ya, karena terbiasa
punya planning, aku nggak begitu suka dengan sesuatu yang ndadak.
Apalagi kalau
menggantungkan diri pada sesuatu yang nggak pasti. Yang punya plan aja kadang gagal, apa lagi
enggak ada. Hehehe. Tapi mas satu ini asli baik kok dalam membantuku berkutat
mikir angle. Walaupun akhirnya mbalik itu-itu lagi. Hehehe wajar, seniooor.
Akhirnya aku setengah isi setengah
kosong saat mulai mendekati orang Singapura untuk wawancara. Aku menggiringnya
untuk mau ngomong tentang pengurusan kepemilikan mobil. Dan saat disana aku
cukup takjub ddengan mass transport
mereka yang menggunakan listrik. Bis saja mereka sudah bis listrik.
Aku sempet tahu karena sampai di
sana dan melewati jalanan kota, bis itu punya charging poin di sebelah
kanannya. Oh, berarti semua bis pakai listrik. Begitu juga dengan kereta
listriknya. Nah akhirnya, aku sambungin ide tulisanku dengan pengamatan itu.
Aku putuskan untuk menulis tentang system yang dibuat pemerintah untuk mendukung
mass transport mereka. Salah satunya adalah pajak. Kebetulan pertengahan tahun
ini, pemerintah Singapura baru saja menaikkan harga pajak kepemilikan
kendaraannya.
Dan ini pentingnya melakukan riset
sebelum wawancara. Ketika aku wawancara dengan orang Singapura itu aku jadinya
nyambung. Entah walaupun tulisannya nggak sekenceng dan seratus persen sesuai
dengan rencana awal, tapi paling nggak ide awal itu leading me into the right
angle.
Dan taddaaaa tulisannya jadi besar
di halaman tiga. Didukung dengan foto yang kece dari mas Abdullah Munir,
tulisannya jadi keren nampang di halaman tiga Town Square. Terima kasih buat
redakturku yang imut dan ganteng (bayar mas) mas Eko Yudhoyono yang meramu
tulisanku jadi cantik.
unyunya ada cap laporan dari Singapura. hehe |
Itu data yang aku cantumin dapat
dari riset dan juga dibantuin nyariin sama istrinya narasumber lhoo. Asli baik
banget narasumberku satu itu. Tuhan yang balas deh ya. Terima kasih untuk
Narotama dan big hug untuk Singapura dan juga Radar Surabaya.
wuiiihhh luar biasa tulisannya mbak Ima ini.Boleh bagi ilmunya ndak?
BalasHapusfollow blog ku dong mas sunan kalijagir hahah
HapusIma keren!
BalasHapuslebih keren mbk dila deh. :D
Hapus