Rabu, April 27, 2011

nothing is impossible..!!

emang bener kawand g ada yg g mungkin kalo kita mau berusaha.
sedikit cerita pengalaman saya di kantor ITS Online. saya memang suka menggambar, tapi ya begitulah, hanya sekedar gambar ndak jelas.

lalu beberapa waktu lalu ditawarin untuk ngisi kolom kartun website www.its.ac.id . waduh, gimana y mau nolak dulu pernah menawarkan diri pengen nyoba, tapi mau nrima juga gimana nggak ada bakat dan pengalaman..

tapi, akhirnya saya memutuskan, kenapa nggak dicoba saja..

 edisi Dies Natalis ITS 50 th

lalu, belum juga di coba dapet tawaran dari majalh BEM MiPa untuk ngisi juga di kolom karikatur perdana majalah D' Faculty.. yaa,, just try...


nyoba bikin komik juga


ya memang belum expert, tapi saya memang tipe orang yang suka memberi penghargaan bagi diri saya sendiri, dan juga sebaliknya. walaupun sekecil apapun, insyaallah berimpact serta sebagai motivasi untuk berkarya lebih...





^_^




 ini juga....


dan saat aq menggambar yang aq bayangkan adalah komikus pengarang  Aoyama Gosho, oran itu kereeen...


so, semangat!! 
gali potensimu dan wujudkan karya2 terbaikmu!!

Selasa, April 26, 2011

Retorika Kesombongan Idealisme Mahasiswa

Antara miris, kecewa, bangga, dan shock. Pengalaman lima hari mengikuti LKMM TM IV FMIPA mengantarkan jawaban tentang pertanyaan-pertanyaan yang selama ini ada di pikiranku. Tentang peran fungsi mahasiswa dan anekdot PFM itu sendiri.


Aku pernah diceramahi tentang pergerakan mahasiswa oleh seorang tokoh di desaku. Begini katanya, “Yo ngunu mahasiswa, senengane ndemo pemerintah. Tapi deloken mene lak yo podho ae,” begitu celetukkan pria yang sekiranya seumuran ayahku itu.

Dalam LKMM TM IV kemarin, salah satu tokoh pergerakan FMIPA, Pak Agus Ma’sum didaulat datang membawakan materi mentalitas ideal mahasiswa ITS. Dia adalah pelopor pergerakan di FMIPA dan ITS, ketua Senat FMIPA, dan SM ITS. Dia adalah sosok yang getol menyuarakan perubahan bangsa. Apalagi saat dijamannya adalah jaman penuntutan reformasi dengan mengkudeta Presidea Soeharto.

Jujur saya sangat salut dengan system pemikiran beliau yang tak hanya menjadi mahasiswa akademis tapi juga rela menyibukkan diri dengan aktivitas-aktivitas untuk kepentingan bangsa. Itak hanya urusan yang tinggi-tinggi. Tapi ia juga rela berdemo hanya karena jalan di kawasan kapetih rusak berat. Atau juga rela membela rakyat di gusur karena pembangunan Mall Galaxy Sukolilo.

Perjuangan-perjuangan yang sepertinya kecil, tapi justru itu yang sangat berarti bagi masyarakat riil yang ada di sekitarnya. Ternacam drop out karena mendemo rektorat, dia juga menyebut Pak Suasmoro kok bisa sekarang jadi Pembantu Rektor bagian Kemahasiswaan…

Intinya, dia adalah seorang pejuang, ketika masih mahasiswa.

Namun cerita pun berlanjut. Usai lulus dan menyandang gelar sarjana, ia sempat ikut bergabung dengan salah satu partai politik. Tapi tak lama, ia memutuskan untu hengkang dan lepas dari dunia perpolitikan. “Politik itu busuk,” begitu cercanya. Ia lalu mengalihkan aktivitasnya dengan menjadi entrepreneur, hingga jadi sukses seperti sekarang.

Satu pertanyaan yang menohok saya utarakan. Tentang anekdot yang sempat mampir di telinga saya. Bahwa berarti begitu lah mahasiswa, yang hanya saat mahasiswa aja getol menyuarakan kritik pada pemerintah, menyuarakan jeritan rakyat jelata. Namun saat sudah lepas dari statusnya, ya sudah. Seperti anekdot, hanya menjalankan PFMnya saja. Begitu sudah cukup.

Lalu bagaimana kalau memang semua mahasiswa pun berpikiran seperti demikian. Ketika orang-orang berpemikiran cerda, dam kritis tetapi tidak beupaya dan berambissi menduduki kursi-kursi pemerintahan dengan alasan klasisk politik itu kotor atau bahkan busuk. Lalu siapa yang akan menjalankan roda pemmritahan?

Kerena jika agen-agen perubahan saja menyerah dengan kondisi. Maka tampuk kepemimpinan akan terus terisi oleh orang-orang oportunis yang hanya berbuat demi kepentingannya masing-masing.

Saya hanya kecwa, karena tokokh kebangaan pergerakan FMIPA pun melakukan hal serupa. Lalu apa arti teriakan perjuangan perubahan, dan semuanya itu? Hanya retrorika belaka kah? Melucut kebencian pada hakekat mahasiswa yang sok idealis dengan status mahasiswanya sendiri.

Senin, April 18, 2011

Ekspedisi ARJUNO: Si Gagah Sang Maha Sempurna

Yeee!! Akhirnya kesampean juga naik gunung. Setelah penantian panjang yang menjengkelakan.. :D:D

Yup, rencana naik gunung emang udah jadi grand desain liburan semester ganjil kemarin. Iya dong, karena targetnya, sebelum aku genap usia kepala dua alias 20 tahun, paling nggak udak pernah ngerasain yang namanya muncak gunung. Dan karena liburan kemaren banyyaaak banget alasan yang mengurungkan keberangkatan –rencananya ke Semeru-, akhirnya ya direlakan saja. Mungkin Allah belum ngijinin. Dan pasti ada gantinya yang seimbang dan bahkan jauh lebih baik.

Tadaaa,, dan tawaran itu datang dari seorang kawan dari sanggar Pramuka ITS yang juga teman seangkatanku untuk ikutan ekspedisi Arjuna. Tanpa pikir panjang, setuju aja, itung-itung menebus goal liburan kemarin.. :D


Bersama tim, berlima, aku, Henny, Ferdin, Abror, dan Yuga, kami berangkat persis Sabtu Subuh. Setelah sehari sebelumnya di Teknikal Meeting, temen2 pramuka memutuskan untuk start di rute Lawang. Jadi kami berangkat deh ke Malang.

08.00 WIB POS I Wonorejo
Kita mulai naik dari Pos Perijinan di Wonorejo. Disana kita langsung disambut dengan Kawasan Perkebunan Teh yang luasnya kurang lebih 1000 ha. Hijaunya itu lho yang bikin mata betah, dan nyaman memulai pendakian.


Di pos tersebut, kita udah bisa lihat puncak Arjuno yang gagah. Nggak bayangin deh, bisa n kuat nggak ya nyampek titik tertinggi itu.. Kan ini pendakian perdana..

Yaah, mendaki untuk pertama kali emang nggak mudah. Meski mata termanjakan dengan pemandangan yang seger, tapi fisik nggak mungkin bisa dibohongi. Jalanan kebun teh itu sudah mulai naik melandai. Seratus meter jalan rasanya nafas ini sudah tersengal, kaki tiba-tiba kram, tangan dan badan ngeluarin keringat dingin,, Aduh rasanya nggak banget deh nerusin perjalanan.


Alhasil kami sering istirahat diawal-awal pendakian.. untung ada barak istirahat milik petani kebun teh. Jadi kami istirahat disana. Hhe, bisa dipastikan, aku langsung tepar…. :D

Sekitar lima belas menit istirahat, cukp lah untuk jalan lagi. Sialnya, karena naik bareng bocah-bocah pramuka yang notabenenya sudah biasa naik gunung, aku dan Henny (yang numpang ikut rombongan) jadi bahan ejekan, atau lebih tepatnya jadi bahan tertawaan.. Mungkin dalam pikiran mereka “Cuman gini ae kok wes nggak kuat,” dan sialnya senyuman ngenyek itu pun tersungging, Sial..!! si Abror dan Yoga, Pasti!

Lain lagi sama si Ferdin, cewek tomboy satu ini kadang suka melarang kita istirahat –karena terlalu sering kali ya-. Yaaaa.. tapi akhirnya mereka ngerti juga. Aku akhirnya ditaruh di depan barisan di belakang Abror. Katanya sih biar nggak kerasa capek.





Tapi sepertinya Allah merestui langkah kami berlima, dan khususnya aku. Hujan turun!! Dan ajaib banget karena efek hujan adalah, jadi nggak kerasa panas dan dingin yang nyaman. Padahal udah males banget jalan sambil make rain coat.




Ya, perjalanan jadi nggak se-menyiksa tadi. Tapi asli jauh banget dari Pos I ke Pos II, aku sampek ngrengek nanyak mulu mana nih Pos II kok nggak keliatan-keliatan. Dan reseknya, temen2 cowok pada menipu kalo Pos II tinggal beberapa meter lagi di atas. Padahal kami sama-sama tau diantara kami berlima belum ada yang pernah naik Arjuna. Gila kan!!

Dan perlu tahu juga, kami naik tanpa bekal apapun. Di pos perijinan, seharusnya kami di kasih peta sekaligus jalur pendakian, tapi kami nggak dapet sama sekali. Dan kita juga nggak bawa kompas –yang kata mereka penting banget-. Hhhh… but over all that was a great hiking guys!!!

Setelah kurang lebih tiga jam setengah, akhirnya sampek juga di POS II,
Jangan Tanya gimana rasanya akhirnya sampek juga di tempa peristirahatan pertama itu. Rasanya seneeeeng bgt, setelah diongin berulang-ulang “Iku lho pos nya udah keliatan..,” hhhhh.. istirahat bisa lama-lama. Eh ternyata disana ketemu sama pendaki lain. Ada lima orang yang ternyata lagi jmasak di dalem pos. mereka dari Jakarta dan udah ndaki sejak Kamis. Dan belum muncak,, ngapain aja coba???



okey, disana puas-puas istirahat dan foto-foto, juga bereng pedaki lain. Rasanya bener kata novel 5cm yang aku baca sebelum naik gunung. Katanya kalau udah di gunung orang yang nggak kenal aja udah kayak sodara. Nggak pedulu sapa, kita seperjuangan. Satu tekad, untuk sampek ke puncak. Seneng rasanya bisa ngerasaiin itu, kaya nemu keluarga aja, langsung akrab, n saling care.


ima>> ngrengek2 pengen ndang nyampek atas, nangis g bisa turun gara2 jalannya licin takut jatoh
henny>> paling sering minta berhenti, sok kuat padahal udah pucet@ nahan capek
abror>> paling nyebelin karena paling sering ngejekin aq dan henny yng g kuat naik, memotivasi dgn cara2 yang nggak manusiawi
ferdin>> cewek tangguh yang bikin aq heran, aq n henyy sampek ngos2an naik, eh dia sama sekali g ngos2an apalagi kelihatan capek. dan nyebelinnya dia adalah orang yang paling g manusiawi karena g jarang nglarnag kita berhenti kalo udah keseringan :(
yuga>> yang paling sering "mbohongin" kita dgn bilang "itu lho posnya udah kelihatan, dikit lagi" hash, dan paling nyebelin dengan senyumannya yang sooooook banget, dia naik duluan yang tinggi supaya bisa liat aq n henny yng kecapekan dari atas terus ketawa ngakak. Resek kan!!

Di pos II semakin bullet aja semangat buat ndaki. Nggak peduli abis kelar jalan 2 jam, udah kepingin jalan lagi. Apalagi ngliat bukit linching yang puncaknya kelian dari pos II, ijooo bangt. Katanya puncak Arjuno baru bisa keliatan setelah melewati bukit itu. Ngomongnya bukit soalnya udah sama-samma di atas. Coba aja kalo masih di bawah nggak akan beda sama ngomong gunung. Yeah, aku ada di atas gunung!!

BUKIT TELETUBBIES
Perjalanan dari pos II rasanya jauh lebih ringan dari sebelumnya. Salah satu alasannya karena kita se tim udah saling faham, misalnya aq apek, berhenti bentar oke, nggak lama ganti henny yang capek, istirahat lagi, meski udah sesering pas diawal, bocah-bocah paling nggak ngasih pengrtian lebih. Kadang juga di hibur sambil becanda, atau bilang istirahat ke atasan dikit, tanahnya datar.. atau apalah.. yang jelas perjalanan jadi jauh lebih nyaman..


Selain itu, karena udah termasuk di tempat yang tinggi, pemandangannya jauh lebih mencengangkan. Berulang kali aku ngga beranjak naik untuk nggak puas nikmatin pemandangan yang ,,, WAAAAAh itu, ijo, tinggi, awan, kabut, ilalang, padang rumput… subhanallah..



 Mungkin ini yang sempet dikatain sama seseorang yang suka ndaki gunung juga, mendaki gunung itu perjalanan spiritual… ternyata bener. Disana, ditempat yang tinggi itu, tempat dimana aku bisa melihat semua yang aku lihat, yang membuatku merasa betapa kekuasaannya begitu besar, dan sebegini kecilnya aku.



Mungkin ini yang sempet dikatain sama seseorang yang suka ndaki gunung juga, mendaki gunung itu perjalanan spiritual… ternyata bener. Disana, ditempat yang tinggi itu, tempat dimana aku bisa melihat semua yang aku lihat, yang membuatku merasa betapa kekuasaannya begitu besar, dan sebegini kecilnya aku.

Di antara linching dan pos III itulah pemandangan yang indah-indahnya. ada padang rumput yang luas, kata abror itu sabana, tapi kata yoga dan ferdin itu stepa, but whatever saya namain itu bukit Teletubbies. Karena tempatnya yang ijooo banget, bersih dari ilalang dan rumput yang tingii. Dia rata dan sejuk. Aduuuh rasanya ingin meluk dan tidur disana…

Disana lah aku merasa kan dan menghayati satu pepatah, maksud hati memeluk gunung, tapi apa daya  tangan tak sampai.. hehe

Alhasil hanya bisa meneriakkan kekaguman disana. Aku mengajak teman2 yang lain untuk teriak alias njerit, tapi henny doank yang mau. Dan bahkan aku semapat meneriakkan VIVAT  disana… HAhaha… Ye…!!!



The value of the journey…
*merasakan rasanya nikamat naik motor dan nggak jalan
*merasakan betapa kita tidak ada apa-apanya dari pada kekuasaan Allah Manusia sama sekali tidak pantas untuk sekedar berjalan dengan mendongakkan kepalnya
*Sahabat sejati adalah yang mengerti dan memahami serta menerima dan melengkapi segala kekurangan kita
*Tidak ada kata aku tau kamu yang ada hanya kita
*berdiri ditengah-tengah kekuasaan Allah, membuat kita tersindir untuk terus bersyukur
*Banyak doa saat di Gunung
*Harus menjaga sikap, perkataan, dan cara tertawa,,,awaaas kualat
*Nggak boleh "bohong" d Gunung
*Njaga lingkungan,,,
*Di gunung melatih emosi
*Harus dapet ijin dari ortu ya kalau naik gunung,,jangan kaburr
*bawa kamera dengan baterei penuhh





Huaaah I WAS VerRY HappY to Got the Hiking moment
didn't care what anyone else talked about, I'm proud by my self and God helpness to take  me back with smiley face and mood,


"Gimana ma, rasane munggah gunung," tanya Yuga pas kita udah kembali ke pos satu
"Over all, aku kayaknya ketagihan...!!"