Selasa, Desember 29, 2009
Suasana hangat dikamar ku
Saat itu sekitar pukul tujuh petang, aku masih berkutat dengan tugas fisdas yang belum selesai aku kerjakan. Padahal ini kan cuti natal, masih ada saja tugas yang harus aku bawa pulang. Tiba-tiba saja suara gaduh dari luar kamar mengusikku. Siapa lagi kalau bukan dua adikku yang suka berantem kiapanpun dan dimanapun. UgH, menyebalkan.
"Ning Ima, aku masuk ya?," suara adik laki-lakiku yang paling bontot. Sebelum aku menjawab bocah berusia sepulh tahun itu sudah nyeludur saja masuk kamarku dengan menbawa tembek-tembakan mainannya.
"Kamu tuh lho Dhek, rame ae, mana Mazmu?" tanyaku merangkulnya, dia menggeleng tanda tidak mau menjawab. Tak lama kemudian adikku yang sedang kami bicarakan muncul dengan seringai lebar ke adik bungsuku. "wes, kalo maw maen ojok disini," kataku defensif.
"Apa seh Ning Ima ini lho, aku lho maw minta di ajarin fisika," bantahnya, lalu aku pun mengajari adikku yang masih duduk di kelas dua smp itu dengan rasa penuh menahan amarah. Bagaimana tidak, sedikit-sedikt pasti ada saja ulah dari salah satu diantara mereka. Entah yang kecil mengganggu yang besar maupun sebaliknya.
Lalu ibu ikut juga masuk ke kamarku,tumben, kali ini beliau memakai setelan baju batik resmi. aku mengindikasikan bahwa ibu pasti mau pergi kondangan. Benar saja ternyata ibu dan ayah maw pergi ke acara lamaran salah satu kerabat dari mojokerto.
"Im, bantu Ibu pake jilbab ya? Bingung ibu dari tadi mbulet aja," ujarnya sudah berdiri didepan meja rias. Aku tersenyum renyah.
"Buk,Buk, sini tak benahin," aku beranjak dari tempat tidur menghampiri wanita paruh baya itu. "Pake topi punya ima aja ya Buk, biyar rapi sekalian," saranku, ibu hanya mengangguk patuh. Hahaha, aku jadi ingat masa SD dulu, ketika pertama mengenakan jilbab, persis seperti ini, aku di posisi ibu dan ibu yang membantuku mengenakan jilbab pertamaku. Hmmmmmmm,,,Sweet Memories....
"Ibukmu walopun udah didandanin juga nggak bakal bekal berubah, tetap saja begitu, kurus kering kerontang," suara berat ayah ikutan nimbrung. Ayah bahkan sudah duduk di tempat tidurku bersama kedua adikku. Beliau juga mengenakan batik senada dengan ibu. Ibu tertawa mendengar komentar ayah.
"Ayahmu, liat masih untung ibuk mau sama ayah. Tampang serem gitu, liat aja takut," balas ibuku.
"Lho gagah begini kok," timpal ayahku. Adikku yang bungsu tergelak
"iya ini liat perutnya ayah, gagah sekali," celotehnya. Kami semua tertawa, bahkan sekarang adik kecilku sudah pandai ngelawak!!
Suasana rumah yang selalu aku rindukan. Aku baru sadar suadah lama sekali sejak pindah rumah dari Jombang, kehangatan keluarga seperti ini yang aku rindukan. Ayah, Ibu, dua adikku, dan kakak perempuanku. Sayang ia tak bisa hadir ditengah-tengah kami.
Miss U full My SiSTer,,,,,,,
surabaya,291209,22:42
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar