Minggu, Juni 17, 2012

Managemen Wacan Publik (1): Pengolahan Murbei

Sebagai simulasi all materi di LKMM TL, semua peserta LKMM TL dibagi menjadi lima kelompok untuk mengunjungi suatu tempat untuk kuliah lapangan. Ada yang di komunitas ojek kuda, komunitas ojek motor, pasar buah, batik dan satu lagi ke pengolahan murbei. Nah, kelompokku, bersama si Selly, Fauzan, Firiyal, Sita, dan Agus dapet kebagian kunjungan ke pengolahan murbei. 

Dalam bayanganku, sebelum berangkat adlah kami akan berkunjunga ke sebuah pabrik atau industri rumah tangga yang menjalankan pengolahan murbei. Tapi,, ternyata kami salah besar. Kami di bawa ke sebuah rumah villa PTPN Pabrik gula dan menemui satu orang, bernama Slamet Supriyadi.

Slamet adalah penduduk setempat yang punya usaha pengolahan murbei. Awalnya sih enggak. Sudah sekitar 23 tahun beliau menjaga villanya PTPN 10 ini. Nah di sekitar villa itu ada lumayan luas lahan kosong yang ada tanaman liar murbei. Setiap dua kali dalam setahun, si pohon ini berbuah dan selalu rontok begitu saja dan bikin kotor. Slamet tak pernah mau diam melihat keadaan itu. Ia coba memutar otak mencari ide gimana si buah anggur kecil iini bisa dimanfaatkan. Akhirnya sejak delapan tahun yang lalu, ia memulai usahanya. Dengan membuat sari murbei yang ia kemas dalam botol (kratingdeng). Sempat laku. Tapi terhenti gara2 biaya produksinya sangat mahal, karena harus membeli botol daur ulang yang susah pengadaannya. Dan kondisi tersebut membuat usahanya mandeg agak lama.

Ia kembali memutar otak. Slamet lalu mencoba mengolah si murbei menjadi es lilin murbei dan ia jual ke sekolah2 SD di sekitar rumahnya. Dan Alhamdulillah laku… . Nggak hanya es lilin, tapi juga sirup murbei, dan belakangan ia juga memanfaatkan si daun murbei untuk teh murbei. Untuk yang teh murbei, ia coba menjual ke masyarakat sekitar, namun nggak dapet respon bagus. Nggak mau kalah dia lalu menjualnya ke luar kota lewat kenlannya. Dan Alhamdulillah pasar meresponnya dengan positive. Sudah dua kali ini, distributor dari Surabaya mengambil barang ke rumahnya, dan sebentar lagi sudah untuk yang kali ketiga. Mau tau omset Slamet setiap bulannya??

Untuk penjualan es lilinnya saja, dengan harga jual Rp 500 per biji, sebulan dia bisa mendapat uang Rp. 900 ribu. Belum lagi si sirup yang bisa dia produksi 20 botol sebulan dengan harga Rp 7500 per botol, jadi sebulan dapet sekitar Rp 300 ribu. Dan si teh daun murbei yang sebuan bsa dapet Rp 600 ribu.

Dengan memanfaatkan pohon liar gitu aja dia udah bisa dapet penghasilan setingkat UMR. Namun ada beberapa kendala nih yang dialami sama Slamet. Pria yang sudah berkeluarga dan punya tiga orang ini kekurangan bahan baku. Dengan diversifikasi produk segitu banyak dan hanya mengandalkan pohon liar yang ada di halan villa saja tentu saja tidak cukup. Akhirnya Slamet menanam pohon murbei lagi secra liar juga di beberapa tempat sembari numpang ke lahan orang hingga mencapai 100 pohon. Namun, jumlah pohon yang sebegitu banyak ternyata belum cukup memenuhi permentaan produksinya. Terutama untuk si sari buah, dan juga es lilin, seta sirup yang membutuhkan banyak buah murbei. Belum lagi 100 pohon tadi pun terpencar-pencar tidak karuan. Hal ini menghambat produksi Slamet.

(lanjut ke postingan berikutnya...:))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar