Sabtu, Desember 17, 2011

Sempu, Wonderfull Beach in The Lost Island

cerita liburan semester lalu niiih,, just a memori that too sweet to forget ..
so, just check it this out ,, :)



Menjadi agenda besar di liburan semester genap 2011. Satu pantai yang cukup tersohor karena keindahannya yang masih sangat perawan dan hampir seperti tak terjamah. Ya, di Pantai Sempu, yang letaknya dua kali enam puluh menit dari pusat kota Malang. Dan untuk mencapainya, terlebih dahulu harus menyebrangi laut selama lima belas menit, kemudian berjalan di medan berlumpur selama kurang lebih Sembilan puluh menit.



Kesan pertama usai pulang dari petualangan selama dua hari satu malam ke Sempu, bagiku adalah Yeee,,, akhirnya bisa ngerasain camping beneran, hehehe. Gimana nggak, karena di dua petualangan sebelumnya, campingnya selalu nggak normal, alias geje karena satu fenomena alam yang namanya hujan. J
Hehehe, bersama teman2 seangkatan Fisika ITS 2009 feat 2008, liburan ini terasa sangat special. Aq, Henny, Vitri, Nike, Mbak Lia, Abror, Fandi, Choirul, Huda. Dan Roni. 

Sebelum ke Sempu, kita harus transit di Pantai Sendhang Biru. Kalo aku ngomong sih itu bukan pantai, tapi pelabuhan, hehehe..

Ya, karena disana, kita nggak akan menemukan pantai. Yang ada justru kapal-kapal nelayan pencari ikan, dan beberapa kapal-kapal pengangkut penumpang ke Pulau Sempu yang ada di seberang. (itu di foto kelihatan Pulau nya..)

Kita sampai di Sendhang Biru sekitar pukul 19.00 WIB. Karena sudah gelap, kita nggak bisa langsung nyebrang ke Sempu, karena kapal terkhir jalan jam empat sore.. akhirnya kita langsung gelar tenda di sekitaran pantai di sebelah Parkiran motor.

Inget banget komentar Choirul, saat kami menghabiskan malam di pinggir Laut  melihat para nelayan yang sibuk menurunkan hasil tangkapannya. “Aku merasa di tipu oleh Abror. Ini sih bukan Pantai, tapi pelabuhan!!,” katanya dengan nada khas nya yang sok.


 so, ngecamp deh di sendhang biru semaleman. kita makan nasi ¾ mateng, nagget, dan mi rebus rasa campur-campur. Walaupun bisa dikatakan makanan yang nggak  layak makan (kata fandi n Choi), justru aq selalu suka dengan menu beginian. Nasi yang rada alot, n mi renus yang nggak jelas rasa apa, khas camping banget.

Haha, kapan lagi makan makanan beginian. Inget pesen Ibuku kalo tiap kali aku pamitan camping atau naik gunung. “Wong kok belajar mbambung,” katanya ketus. Haha, walau gitu, yang penting dapet ijin toh.. :D

 
Nyebrangnya nggak lama, sekitaran 15 menit. Pas naik perahu bakalan ditanya, mau kemana ke Pantai apa gitu atau ke Segoro Anakan. Kalo yang pertama, nggak pake nge-track udah bisa nikmatin pantai yang cukup bagus. Biasanya iitu buat pilihan rombongan keluarga yang anaknya kecil2.


Buat sampai kesana benar-benar nggak mudah. Habis naik kapal, kita diturunin di satu mulut hutan (rawa-rawa). Nggak ada tanda-tanda petunjuk atau hanya sekeddar “mulai perjalanan dari sini”, nggak ada.
Tapi si sopir kapal bakal kasih pesan “Kalau nggak tahu jalan, atau nggak kuat, mending balik aja,” gitu. Apalgi sebelum beragkat udah diperingatin, jalannya bakal sussah karena kemarin baru aja hujan. “Pulang dari sana, pasti kayak orang habis bajak sawah,” gitu katanya. 

Dan benar saja, tracknya sama sekali nggak mulus. Mulus sih, justru mulusnya itu yang nyebelin. Licin dan lempung banget. Sialnya, aku, Henny, nggak pakai sepatu. Tapi sandal jepit. Bayangkan saja gimana lengketnya lewatin lempung-lempung itu. Akhirnya, menyerah pada gengsi dan kasihan kaki, terpaksa nyeker.

Aku  masih ingat gimana tekstur tanahnya, lembek, alus, empuk, dan nggak jarang kakiku tersedot dalam lumpur yang,, eeeeh bikin pengen muntah. Siassatnya ya harus cepet nglangkahnya, biar nggak sampai kesedot.

Dan kami harus menikmati medan yang yummy ini selama dua jam perjalanan.


Kita sudah hampir nyerah dan udah banyak ngeluh pas kita denger suara desiran percikan air. Tapi blom kelihatan pantainya. Pertama liat, Subhanallah, biiiiruuuuuuu banget. Nggak ada ombak, tenang, dan gila asli biru nya kaleeeeem banget. Dari atas, selagi kita belum sampek pantai, air laut itu dengan sempurna memantulkan hijaunya warna pohon-pohanan diatasnya. Kaki yang penuh lempung, kepala yang rasanya udah panas banget udah nggak sabar  untuk segera berendemm..

Finally , we’ve got the beach…Dinggiiiin, sgerrrrr… sama sekali tenaang. 



Jadi ceritanya, pantai sempu ini bukan pantai yang langsung bertemu dengan samudra, tapi dia ini laut yang terjebak di cekungan Pulai Sempu. Makanya namanya Segoro anakan. Dia dikelilingin cekungan pulau. Makanya tenang banget. Tapi aagak diujung, ada batuan karang yang ketemu langsung sama samudra hindia. Ombaknya, jangan ditanya, gedhe banget.



Berendem disini rasanya lupa sama sekali sama jirih payah melewati lempung bajakan sawah tadi. Dan malah rasanya males banget balik. Apalagi nikmatin pantai yang kayak bukan pantai, tapi kolam. Karena jernih banget, nggak ada karang ataupun batuan. Yang ada hanya pasir putih… mbetahin banget deh. Dan lautnya cukup nggak dalem. Jalan sekitar sepuluh meter dari bibir pantai aja, kedalaman lautnya cuman sampek leher… leherku tepatnya.



Harusnya bangun tendanya disini ya,,,
Ditepi Samudera Hindia
 
Ini nih yang bikin planet bernama bumi ini sangat special. Adanya air. Kalau nggak ada air setetes aja, nggak bakal ada yang namanya kehidupan. Dan didepanku sekarang ini ada lautan, air yang begitu melimpah jumlahnya. Mau apa lagi kalau nggak bersyukur. Melihat indahnya alam dari segi lautnya, melihat laut yang bertemu langsung dengan langit, dan ketika mendongak keatas, masih ada lagi, awan  yang rasanya loncat sedikit saja pasti udah kesentuh, deket banget rasanya langit dari tempatku duduk. 

so, just enjoy the  world like you enjoy the journey, wake up and just find the world !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar