Begitu truk milik Pak Rus datang,
kami bergegas menaikkan barang bawaan kami ke atas truk. Begitu juga dengan
satu rombongan yang kebagian berangkat bareng kami. Semua tas di susun di
pojokan dengan susunan melintang. Sedang manusia-manusianya berdiri berjajar
mengisi ruang yang kosong. Berusaha mendapatkan pegangan tangan yang erat
karena jalanan di depan akan nanjak.
Saya dan kawan-kawan, Ayuk Patar
Abror Mbah dan Radi dapet tempat paling dekat dengan tumpukan tas. Itu artinya
paling depan. Sedang Ucup duduk di samping pak supir yang sedang bekerja. Karena
dia naik paling akhir setelah lobi-lobian dengan Pak Rus. Si Ucup ini sudah
lumayan kenal sama Pak Rus, makanya kami bisa dapet harga 30 ribu tiap orang
untuk sampai di Ranu Pane dengan truk Pak Rus. Yang lain ada yang bayar 33 ribu.
Hehe Alhamdulillah.
Perjalanan ke Ranu Pane itu sangat sesuatu. Ranu Pane yang ada di Lumajang itu kami tempuh dengan waktu dua jam. Berdiri, jalanan nanjak 45 derajat, dan berkelok-kelok. Semoga kalian bisa membayangkan. Merindingnya itu nggak ketulungan. Cuman pegangan tas-tas yang rawan nggelundung, atau kalo enggak pegangan sisi pinggiran truk yang bikin tangan sakit, kram.
Tapi jangan kahawatir, nggak
serem-serem amat kok. Karena rasa seremnya itu terselimurkan dengan iandahnya
pemandangan pegunungan yang wow sekali. Masih di Malang, kita akan di sapa oleh
kebun-kebun apel, sayur-sayuran, kebun cabe, dan banyak lagi. Kami bahkan melewati tembusannya savana Bromo. Iitu di atas videonya..
Ada juga video perjalanan yang horor banget...
Begitu masuk ke Probolinggo, kita
bisa melihat savana yang merupakan terusannya Gunung Bromo. Keren banget.
Rasanya pengen tiduran aja di padang savanna itu. Hijau banget. Dan di jalanan
itu Mahameru udah mulai ngintip-ngintip melihatkan kegagahannya. Kami bahkan
sempet main tebak-tebakan mencari yang mana gunung yang bakal kita daki.
Well, adrenalin kalian akan di
uji habis-habisan oleh tanjakan berkelok dan juga kebolehan Pak Rus dalam
mengemudi. Saya dan kawan-kawan nggak sekali teriak histeris terutama saat trus
wana kuning ini hendak tiba-tiba berhenti mendadak untuk mengatur gigi
perseneling tepat di ujung tanjakan berbelok. Padahal samping kita itu jurang.
Belum lagi saat harus berpapasan dengan truk lain. Atau juga ketika jalanannya
hanya setapak, kanan kiri jurang, dan jalannya berbatu. Oh men.. Ampun!!
Ranu Pane |
Setelah hampir dua jam, kami
akhirnya sampai di Kecamatan Senduro Lumajang. Di depan mushola dan tanah
lapang, kami semua diturunkan dari truk. Di samping tanah lapang itu terlihat
bibir Ranu Pane menyapa dengan ramah.
Di Ranu Pane ada toilet yang
cukup bersih untuk dipakai ganti baju atau mandi. Dari pada di atas yang deket
pos perijinan, saya lebih menyarankan untuk menggunakan toilet yang di bawah
ini. Karena nggaka antri, dan airnya banyak.
Jadi dari tanah lapang itu, kami
harus naik ke atas, menuju pos perijinan. Kami harus berjalan sekitar 10 menit
untuk bisa sampai di sana. Hm,, perjalanan belum dimulai. Haha, iya, karena
selama naik ke pos itu saja, saya mulai menyadari kalau tas bawaan saya itu
berat. Ketambahan air dua botol sih.
Setibanya di pos, Ucup segera
registrasi. Sebenarnya nggak apa nggak pake lapor ke pos, tapi berarti nggak
dapet ansuransi keselamatan. Maksudnya kalau ilang atau terjadi apa-apa,
petugas nggak bakal mau direpotin. Biaya registrasinya 10 ribu. Dengan duit
segitu, pendaki dapet ansuransi keselamatan hingga Kalimati. Sedang dari
Kalimati ke puncak, katanya nggak termasuk ansuransi.
Keberangkatan mendaki ada
jadwalnya. Kami kebagian berangkat pukul 13.15 (padahal kami nyamek Ranu Pane
jam 11.00). Jadilah kami ngemper lagi. Kami manfaatkan waktu dua jam itu dengan
ke kamar mandi, packing ulang, dan juga isi perut.
Ngomong-ngomong soal packing
ulang, temen-temen yang lain cariernya pada full. Tas imut yang saya bawa juga.
Tas Radi yang enteng pun, makanya tak pake, kini udah over load. Tas si Ayuk,
yang tadi di bawa Radi, dan tas saya dibawa dia, udah berubah bentuk. Gemuk
semua. Akhirnya kami memutuskan untuk membawa tas masing-masing.
Tas saya (punya Ucup) yang saya bawa |
Barang bawaan kelompok pada dibawa
Ucup, bahan makanan di tas Ayu dan Patar. Tenda ada di tas Ucup, sleeping bag
saya juga di Ucup. Intinya tas saya tetep yang paling enteng. Saya nggak bawa
satu botol minum sama sekali. Astaghfirullah… hehe berat banget e. Di depan
warung makan Bu Endang menjadi kesaksian kerempongan kami menata carier.
Yang lucu malah si Ayuk yang bawa
sunlight. Dan bocor ternyata dalam tas. Akhirnya sabun cuci itu dibuang karena
kemungkinan besar tidak akan terpakai. Ada adegan lucu selama kami packing.
Tentang telur asin. Kami bawa telur asin sebagai bahan makanan. Eh, ternyata
belum naik udah bau. Si Ayuk yang awalnya kebgian bawa, malah lempar2an.
Akhirnya Radi yang bawa.
Anak-Anak pada packing ulang. Saya hanya nonton. Dan berkta "Maaf tas saya sudah Full"
Hehe, saya merasa berdosa
sebenernya pas bagi-bagi bongkar muat tas itu. Satu-satunya tas yang nggak
bongkar muat itu tas saya. Hehehehehe. Saya emang nggak niat bongkar muat. Udah
fix all dah soalnya. Saben anak-anak bilang “Im, telur asin kamu bawa ya?” atau
“Im, sleeping bag masuk tas mu ya?” atau juga kalimat yang dengernya “Im, air
satu di tasmu ya?”
Saya hanya menjawab dengan satu
jawaban. Ndrenges. Senyum tanpa dosa. Masalahnya tas saya udah full. Fullnya
barang pribadi semua. Sleeping bag saya aja ucup yang bawain. Bahan makanan
jkelompok nggak ada yang sama saya. Hehehe. Jahat ya?
Tapi asli kawan-kawan saya ini
benar-benar mengerti saya. Mereka nggak memaksakan untuk saya bwa yang
berat-berat. Mereka rela membawakan air saya, dll, dan paham kalau nggak gitu
saya nggak akan sanggup jalan. Hahaha. Thengkiiiiyuuuuu. Si Ayuk malah nekat
bawa cariernya sendiri. Gileee.
Tapi kami sempet mecah melon lho
di Ranu Pane. Buat nambah tenaga, si Mbah bawa melon dari desanya. Jadi kamu
makan sebelum jalan. Rasanya,, seger. Secara siang bolong, makan melon,
cespleng, wkwkwk.
Aha, di Ranu Pane ini saya jadi
ke inget sama film 5cm. yang saat Ian paranoid ngeliat makam. Ternyata emang
ada makam di sana. Nggak serem malah kalau kata saya. Malahan lucu. Masak makam
kijingnya warna warni. Ada yang tembok kijingnya diwarna biru laut, ada juga
yang warna merah muda, dan ada juga yang warnanya kuning. Hehe, ada ada saja.
Padahal makam islam.
*lihat yang di ujung kiri, itu makam warna-warni. Unyuuu |
Saya ingat, waktu ke kamar mandi
di pos itu, kami berdua masuk kamar mandi barengan,sakng antrinya. Saya sama
ayuk. Iyuuwh,,, kamar mandinya (agak) jorok. Bawa tissue basah aja yang banyak,
tissue basahnya harus higienis tapi. Kalau mau mandi, atau buang hajat,
sempatkan mandi dan buang hajat di sini, karena ini adalah tempat terakhir
kalian bisa menemukan toilet. Setelah ini, jangan harap. Karena yang ada hanya
kamu, dan hutan belantara. Haha
Tepat pukul 13.15, kami mulai
menyangklongkan tas kami masing-masing. Bergerak beriringan meninggalkan warung Bu Endang. Ayunan langkah
kami senada. Perlahan saya merasakan tanah yang saya tapakkan tidak lagi datar seperti
biasa. Tapi menanjak. Nafas saya mulai berpacu. Dan inilah waktu yang
sebenarnya memulai perjalanan. Trip to dream, Mahameru.
We Are Team |
seneng deh liat layout blogmu gak alay lagi ma.. hehehe*gak nyambung.
BalasHapusanyway, ngiri banget ama perjalanannya :D
iya dong :p
Hapusmbak, izin copy foto makamnya ya :)
BalasHapussumber nya nanti saya cantumkan