Jumat, Mei 24, 2013

Ranu Pane: The Real Starting Point


Begitu truk milik Pak Rus datang, kami bergegas menaikkan barang bawaan kami ke atas truk. Begitu juga dengan satu rombongan yang kebagian berangkat bareng kami. Semua tas di susun di pojokan dengan susunan melintang. Sedang manusia-manusianya berdiri berjajar mengisi ruang yang kosong. Berusaha mendapatkan pegangan tangan yang erat karena jalanan di depan akan nanjak.

Saya dan kawan-kawan, Ayuk Patar Abror Mbah dan Radi dapet tempat paling dekat dengan tumpukan tas. Itu artinya paling depan. Sedang Ucup duduk di samping pak supir yang sedang bekerja. Karena dia naik paling akhir setelah lobi-lobian dengan Pak Rus. Si Ucup ini sudah lumayan kenal sama Pak Rus, makanya kami bisa dapet harga 30 ribu tiap orang untuk sampai di Ranu Pane dengan truk Pak Rus. Yang lain ada yang bayar 33 ribu. Hehe Alhamdulillah.

Perjalanan ke Ranu Pane itu sangat sesuatu. Ranu Pane yang ada di Lumajang itu kami tempuh dengan waktu dua jam. Berdiri, jalanan nanjak 45 derajat, dan berkelok-kelok. Semoga kalian bisa membayangkan. Merindingnya itu nggak ketulungan. Cuman pegangan tas-tas yang rawan nggelundung, atau kalo enggak pegangan sisi pinggiran truk yang bikin tangan sakit, kram.


Tapi jangan kahawatir, nggak serem-serem amat kok. Karena rasa seremnya itu terselimurkan dengan iandahnya pemandangan pegunungan yang wow sekali. Masih di Malang, kita akan di sapa oleh kebun-kebun apel, sayur-sayuran, kebun cabe, dan banyak lagi. Kami bahkan melewati tembusannya savana Bromo. Iitu di atas videonya..

Ada juga video perjalanan yang horor banget...



Begitu masuk ke Probolinggo, kita bisa melihat savana yang merupakan terusannya Gunung Bromo. Keren banget. Rasanya pengen tiduran aja di padang savanna itu. Hijau banget. Dan di jalanan itu Mahameru udah mulai ngintip-ngintip melihatkan kegagahannya. Kami bahkan sempet main tebak-tebakan mencari yang mana gunung yang bakal kita daki. 

Well, adrenalin kalian akan di uji habis-habisan oleh tanjakan berkelok dan juga kebolehan Pak Rus dalam mengemudi. Saya dan kawan-kawan nggak sekali teriak histeris terutama saat trus wana kuning ini hendak tiba-tiba berhenti mendadak untuk mengatur gigi perseneling tepat di ujung tanjakan berbelok. Padahal samping kita itu jurang. Belum lagi saat harus berpapasan dengan truk lain. Atau juga ketika jalanannya hanya setapak, kanan kiri jurang, dan jalannya berbatu. Oh men.. Ampun!!
Ranu Pane 
Setelah hampir dua jam, kami akhirnya sampai di Kecamatan Senduro Lumajang. Di depan mushola dan tanah lapang, kami semua diturunkan dari truk. Di samping tanah lapang itu terlihat bibir Ranu Pane menyapa dengan ramah. 

Di Ranu Pane ada toilet yang cukup bersih untuk dipakai ganti baju atau mandi. Dari pada di atas yang deket pos perijinan, saya lebih menyarankan untuk menggunakan toilet yang di bawah ini. Karena nggaka antri, dan airnya banyak.
Jadi dari tanah lapang itu, kami harus naik ke atas, menuju pos perijinan. Kami harus berjalan sekitar 10 menit untuk bisa sampai di sana. Hm,, perjalanan belum dimulai. Haha, iya, karena selama naik ke pos itu saja, saya mulai menyadari kalau tas bawaan saya itu berat. Ketambahan air dua botol sih. 

Para pendaki bergantian berangkat nanjak

Setibanya di pos, Ucup segera registrasi. Sebenarnya nggak apa nggak pake lapor ke pos, tapi berarti nggak dapet ansuransi keselamatan. Maksudnya kalau ilang atau terjadi apa-apa, petugas nggak bakal mau direpotin. Biaya registrasinya 10 ribu. Dengan duit segitu, pendaki dapet ansuransi keselamatan hingga Kalimati. Sedang dari Kalimati ke puncak, katanya nggak termasuk ansuransi.
Keberangkatan mendaki ada jadwalnya. Kami kebagian berangkat pukul 13.15 (padahal kami nyamek Ranu Pane jam 11.00). Jadilah kami ngemper lagi. Kami manfaatkan waktu dua jam itu dengan ke kamar mandi, packing ulang, dan juga isi perut. 

Ngomong-ngomong soal packing ulang, temen-temen yang lain cariernya pada full. Tas imut yang saya bawa juga. Tas Radi yang enteng pun, makanya tak pake, kini udah over load. Tas si Ayuk, yang tadi di bawa Radi, dan tas saya dibawa dia, udah berubah bentuk. Gemuk semua. Akhirnya kami memutuskan untuk membawa tas masing-masing.

Tas saya (punya Ucup) yang saya bawa
Barang bawaan kelompok pada dibawa Ucup, bahan makanan di tas Ayu dan Patar. Tenda ada di tas Ucup, sleeping bag saya juga di Ucup. Intinya tas saya tetep yang paling enteng. Saya nggak bawa satu botol minum sama sekali. Astaghfirullah… hehe berat banget e. Di depan warung makan Bu Endang menjadi kesaksian kerempongan kami menata carier.

Yang lucu malah si Ayuk yang bawa sunlight. Dan bocor ternyata dalam tas. Akhirnya sabun cuci itu dibuang karena kemungkinan besar tidak akan terpakai. Ada adegan lucu selama kami packing. Tentang telur asin. Kami bawa telur asin sebagai bahan makanan. Eh, ternyata belum naik udah bau. Si Ayuk yang awalnya kebgian bawa, malah lempar2an. Akhirnya Radi yang bawa.
Anak-Anak pada packing ulang. Saya hanya nonton. Dan berkta "Maaf tas saya sudah Full"

Hehe, saya merasa berdosa sebenernya pas bagi-bagi bongkar muat tas itu. Satu-satunya tas yang nggak bongkar muat itu tas saya. Hehehehehe. Saya emang nggak niat bongkar muat. Udah fix all dah soalnya. Saben anak-anak bilang “Im, telur asin kamu bawa ya?” atau “Im, sleeping bag masuk tas mu ya?” atau juga kalimat yang dengernya “Im, air satu di tasmu ya?”

Saya hanya menjawab dengan satu jawaban. Ndrenges. Senyum tanpa dosa. Masalahnya tas saya udah full. Fullnya barang pribadi semua. Sleeping bag saya aja ucup yang bawain. Bahan makanan jkelompok nggak ada yang sama saya. Hehehe. Jahat ya?
Tapi asli kawan-kawan saya ini benar-benar mengerti saya. Mereka nggak memaksakan untuk saya bwa yang berat-berat. Mereka rela membawakan air saya, dll, dan paham kalau nggak gitu saya nggak akan sanggup jalan. Hahaha. Thengkiiiiyuuuuu. Si Ayuk malah nekat bawa cariernya sendiri. Gileee. 
Tapi kami sempet mecah melon lho di Ranu Pane. Buat nambah tenaga, si Mbah bawa melon dari desanya. Jadi kamu makan sebelum jalan. Rasanya,, seger. Secara siang bolong, makan melon, cespleng, wkwkwk.
Aha, di Ranu Pane ini saya jadi ke inget sama film 5cm. yang saat Ian paranoid ngeliat makam. Ternyata emang ada makam di sana. Nggak serem malah kalau kata saya. Malahan lucu. Masak makam kijingnya warna warni. Ada yang tembok kijingnya diwarna biru laut, ada juga yang warna merah muda, dan ada juga yang warnanya kuning. Hehe, ada ada saja. Padahal makam islam.

*lihat yang di ujung kiri, itu makam warna-warni. Unyuuu
Saya ingat, waktu ke kamar mandi di pos itu, kami berdua masuk kamar mandi barengan,sakng antrinya. Saya sama ayuk. Iyuuwh,,, kamar mandinya (agak) jorok. Bawa tissue basah aja yang banyak, tissue basahnya harus higienis tapi. Kalau mau mandi, atau buang hajat, sempatkan mandi dan buang hajat di sini, karena ini adalah tempat terakhir kalian bisa menemukan toilet. Setelah ini, jangan harap. Karena yang ada hanya kamu, dan hutan belantara. Haha

Tepat pukul 13.15, kami mulai menyangklongkan tas kami masing-masing. Bergerak beriringan  meninggalkan warung Bu Endang. Ayunan langkah kami senada. Perlahan saya merasakan tanah yang saya tapakkan tidak lagi datar seperti biasa. Tapi menanjak. Nafas saya mulai berpacu. Dan inilah waktu yang sebenarnya memulai perjalanan. Trip to dream, Mahameru.

We Are Team

3 komentar:

  1. seneng deh liat layout blogmu gak alay lagi ma.. hehehe*gak nyambung.
    anyway, ngiri banget ama perjalanannya :D

    BalasHapus
  2. mbak, izin copy foto makamnya ya :)
    sumber nya nanti saya cantumkan

    BalasHapus