Selasa, Juni 16, 2015

Nyang-Nyangan at Chinatown vs Night at Orchard

Hari kedua di Singapura lucu banget. Jadi kami sempet kucing-kucingan dengan panitia ASSIHL dan kabur dari acara konferensi. Ini atas ide dan peran bu Rektor juga lho ya. Aku suka dengan rector satu ini. Sebagai pemimpin cewek, dia asli merakyat banget. Nggak sungkan untuk becanda bahkan ikut ngerjain anak buahnya. Dan ngakak bareng. Suka deh.

Nah tepat pukul 13.00 waktu setempat kami geser dari NTU Executive Centre. Dua dosen tadi sampai heran pas tak bilangin kalau berita profil mereka sudah aku kirim ke redaksi. Mereka heran dengan cara kerja kami yang serba multi tasking. Bayangkan, aku wawancaranya sambil kucing-kucingan di toilet. Gara-gara tukeran ID card peserta konferensi. Si pak dosennya sampek bingung sendiri kok sempet wawancara di saat genting begitu.

selfi sebelum ganti kostum dolan
Dosennya bingung kok bisa sih? Sementara mereka mikirnya wawancara itu harus dalam kondisi ideal yang ngobrol enak sambil ngeteh dan nyemil. Jauhkan jauhkan pikiran itu. Hehehe. Bahkan wawancara sambil lari dan dusel-dusellan itu udah biasa kan ya buat kita para kuli tinta ini. “Lho sudah selesai tulisannya? Cepat banget?” komentar dosen yang namana sama kayak nama panggilanku itu.

Ya iya harus tak tulis cepat. Aku Cuma dikasih waktu 1,5 jam untuk nulis dan ganti baju casual untuk jalan-jalan. Sedangkan aku hanya dapat koneksi internet di dalam gedung ini. Jadilah ini bisa dilakukan karena kondisi menekan kami.

Dari NTU kami langsung ke Takashimaya untuk lunch. Nah kali ini aku sudah bernafsu untuk kuliner ala hedon. Mumpung gratis kan ya. aku pesen makanan Korea Teriyaki Bulgogi yang beef. Hidangan itu dihidangkan lengkap dengan rangkaian nasi korea dan acarnya. Termasuk kimchi. Ih ternyata kimchi itu nggak enak. Kok kalo nonton film korea enak banget mereka makannya. Kalau bulgogi beefnya sih mirip semur daging. Untuk satu porsi makanan ini, kami ditarik biaya sebesar SGD 9. Tambah minumnya lemon juice harnya SGD 2,4.
teriyaki bulgogi dan kimchi ala korea. udah mulai tumbuh naluri kuliner dan asal coba coba
Selesai makan, kami lalu cus ke Chinatown. We are ready to shopping. Hahaha. Ini nih bedanya atasan dan bawahan. Bu rector nggak ngikut ke Chinatown. Beliaunya tinggal jalan-jalan belanja di Takashimaya dan kami berangkat ke pusat belanja kota china.

perjalanan ke chinatown. seneng itu liat jalanannya yg damai gini
Di sini  cocok untuk belanja pernak-pernik olah-oleh berbau Singapura. Baik yang aksen china ataupun yang tidak. Kayak gantungan kunci, tempelann kulkas, dompet, dan juga tas. Lalu yang pengen belanja kaos juga murah-murah. Malah di sini ada yang SGD 9 dapat tiga kaos I love SG. Tas juga SGD 10 dapat dua atau dapat tiga.

jalanan yang bikin tenang ya manja bangat mata
Nah kalau belanja di sini, di pedagang-pedangan tertentu kalian bisa nawar lho. Aku sempet dapat kaos yang harganya mulanya SGD 15 dapat cuman SGD 10. Dari yang SGD 8 jadi SGD 5. Hehehe. Tergantung gimana kalian merayu pedagangnya sih. Ada yang welcome dan ada pula yang sengak. Tapi mayoritas memang net, tapi ada juga kok yang nggak.

Dan, nggak perlu repot-repot pakai bahasa Inggris, rata-rata pedagang di sini malah kalau udah nenger kalau kita Indonesian, mereka akan menawarkan barangnya dengan bahasa. Kita ngomong apa juga mereka mudeng kok. Jadi jangan khawatir, language is not a barrier for shopping here guys.

Kalau di lihat budaya nya shopping orang Indonesia dengan bule barat, keliahatan banget, mereka kalau belanja nggak suka borong. Mereka sukanya belanja yang pernak-pernik di sini. Kayak baju, dan juga hiasan-hiasan dinding. Setelah cukup pegel nyambangi setiap gang di Chinatown ini, kami akhirnya balik.

di chinatown bisa ngenyang.
Kalau kalian mengamati, tepat disamping gerbang masuk Chinatown, kalian akan meilah kuil bagus disana. Setiap sorenya banyak penduduk sana yang sembayang. Arsitekturnya cukup bagus buat background foto. hehehe.

semacam temple untuk sembahyang samping chinatown
Lepas dari Chinatown rombongan terpisah jadi dua. Aku mas mumun dan mbk evy mohon ijin melancong lagi ke Orchard. Kami sengaja ingin menikmati suasana malam Orchard road. Alas an utamaya sih nganterin mbk evy yang udah ngebet pengen ngasep. Kedua nganterin mas mumun hunting foto hanya demi nyaingin pemrednya Detik di instagram yang lagi merangin dia lewat posting2 foto tandingan di Singapore dalam waktu yang bersamaan.

Okeeei. Dan aku? Hunting es potong lagi. Hahaha. Dan nyempetin wawancara lagi. Di depan Tang mall, aku sempat ngobrol dengan pegawai mall yang lagi makan malam. Dia orang Filipina yang kerja disini. Aku coba tanya-tanya tentang kehidupan malam di sini. Ternyata, di sini hanya ramai sampai 23.00 waktu setempat. Selepas itu mall sudah harus tutup. Kalau mau begadang, turis-turi suka geser ke Clarke Quay untuk nyamperin bar dan juga live music show di sana. Nice info Laura Maria.

kurang gembel apa coba fotografer gue... untung dia baik, hehehe pis mas :p
belagak kayak shopinista
Nah menghabiskan malam di Orchard Road ini memang awesome. Menikmati kehidupan malam di negeri orang. Sebenernya sih alasan sebenarnya dua orang sobat saya ke jalanan ini selain buat refreshing adalah biar bisa ngasep. Nggak betah banget mereka tanpa ngasep di ruangan ber AC dan juga seharian sama bu rektor. tapi serulah...

Karena suddah ditinggal mobil travel, maka kami sekitar pukul 23.00 harus segera balik ke NTU. Kami naik MRT dari bawah Ion Orchard Mall. Kami harus ganti dua line MRT. Pertama ke Jurong East, melewati dua station sampek ke Pioneer. Dan Pioneer kami naik taksi ke NTU. Ongkos MRT nya SGD 6. Plus ongkos taksi nya SGD 8,5. Sebenarnya argonya segittu. Tapi karena itu sudah tengah malam, maka mereka dapat komisi tabahan harga sebanyak 30 persen. Jadinya SGD 10,8  deh. 

sebelum ke chinatown kita mampir ke Redaksi Street Times. Koran besar di Singapore. Dan ternyata manageman media di negeri sana beda jauh sama di Indonesia lho. 
*bersambung

2 komentar: