Elok Rege Napio |
Hasil
perjuangan Kartini di era 1903 dirasakan betul oleh Elok Rege Napio. Desainer
muda berbakat ini mengakui bahwa tanpa adanya perjuangan Kartini mengajukan
kesetaraan pendidikan, bisa jadi dirinya dan wanita lain di tanah air tidak
bisa sekolah dan tidak bisa berkarya. Bagi
wanita asli Surabaya ini, makna hari Kartini adalah momen yang tepat untuk
memberi persembahan karya dengan kemampuan yang dimiliki.
Sejak
memulai karir menjadi desainer tahun 2002, sudah tidak
terhitung lagi berapa karya yang telah dihasilkan Elok. Melalui kegemarannya dengan pernak-pernik dan juga payet, membuat Elok
muda jatuh cinta dan memutuskan untuk menjadi desainer baju khusus kebaya.
Selain karena kebaya banyak menggunakan ornamen payet, juga karena Elok sangat
suka dengan keanggunan wanita yang mengenakan kebaya.
“Dulu
sebelum di kebaya, saya sempat menjadi desainer baju ready to wear untuk
anak-anak, tapi sepertinya passion saya lebih ke
kebaya,” cerita Elok yang selalu tampak segar dengan potongan rambut pendek dan
kacamata. Berbicara tentang karya, kini sudah banyak showroom yang
berhasil ia dirikan. Dengan mengangkat brand Dola’ap Kebaya, hasil rancangannya sudah banyak dipakai oleh
kalangan menengah atas dan juga artis. Seperti Astrid, Soimah, dan
juga Rina Nose.
Hasil
rancangannya yang anggun dan terkesan mewah membuat banyak clien yang
memutuskan menjadi langganannya. Kini selain di Rungkut Asri Barat IX-12 yang
dijadikan workshop dan butik, ibu satu orang anak ini juga sudah memiliki
showroom di Jakarta. Tak jarang, ia jadi harus bolak balik Jakarta Surabaya
demi mengurus pesanan para pelanggannya. Bahkan pemakai rancangan Elok sudah
sampai ke negeri Malaysia dan Belanda.
Meski
kini terbilang sudah sukses, namun keberhasilan Elok dalam mencari jati diri
ternyata cukup panjang. “Saya sudah suka pernak pernik sejak kecil, tapi saya
baru mengambil pendidikan formal fashion baru setelah kuliah,” cerita wanita
kelahiran 15 November 1978 ini. Selama kuliah di jurusan Akutansi Universitas
Widya Mandala tahun 1999, Elok juga nyambi kuliah fashion di sekolah fashion
Susan Budiharjo. Orang tuanya sempat melarang Elok mengambil studi fashion
sebelum pendidikan sarjana di UWM bisa rampung.
Namun,
berkat kegigihan Elok, akhirnya dia justru bisa mendapatkan dua gelas
sekaligus. Di samping sarjana akutansi juga sarjana fashion sebagai lulusan
tebaik. Prestasi pun sempat wanita penggemar Anafanti ini raih. Salah satunya,
elok berhasil menjadi sepuluh besar kompetisi fashion Concours Internasional di
Paris.
Dalam
mengembangakan bisnis fashion, selain harus bersaing dengan desainer lain,
tantangan yang besar justru ada dari dalam. Seorang disainer harus cerdik dan
kreatif dalam mengembangkan ide. “Ada tantangan yang paling berat adalah ketika
tidak mood. Bisa merusak segalanya. Tapi enaknya inspirasi bisa datang dari
mana saja. asal kuncinya satu, desainer tidak boleh kolot dan harus open
minded,” jelas Elok.
Hal
itu yang dijadikan Elok sebagai patokan. Dirinya dan juga desainnya terus
berubah sering dengan perkembagan dunia. Karena ia sadar, terlebih untuk
fashion, tren untuk satu tahun saja bisa berubah sebanyak dua sampai tiga kali.
Untuk itu, Elok berpesan pada para wanita yang juga berprofesi seperti dirinya
untuk tidak mudah putus asa dan juga terus menelurkan karya selagi kesempatan
terbuka lebar.
Elok dan si kecil Thania |
Single Parent Yang Tangguh
Di
tengah gempuran karir yang menanjak, ada saja yang menjadi hambatan bagi Elok.
Tiga bulan pasca kelahiran putri semata wayangnya Nathania Caya Dewi, Elok
harus menerima pil terpahit dalam hidupnya. Pernikahannya kandas.
Ketidakcocokan menjadi alasan yang membuat ia harus mengakhiri pernikahan di
palu hakim.
“Berat,
karena ketidakcocokan. Daripada saling sakit lebih baik berpisah,” ujarnya
tegar. Justru dengan pengalaman pahit tersebut, Elok menjadikan hal itu menjadi
titik baliknya. Dia semakin membulatkan tekad demi berjuang untu keluarga
kecilnya. Ganjalan hidup dan permasalahan pribadi tidak membuat dirinya
melanyalahkan Tuhan. Melainkan membuktikan perhatian Tuhan padanya dan
membuatnya bangkit.
Elok
bahkan bisa membuktikan bahwa sebagai single parent, wanita bisa menjadi
inspirasi. Melalui setiap karya yang dihasilkan. Meski sibuk sepangjang pekan,
namun Elok memberi dua hari khusus di akhir pekan untuk Thania.
“Saya
akui memang itu menjadi salah satu cobaan yang sangat berat. Tapi saya
bersyukur masih punya anak. Dengan seorang anak, saya bisa fokus dan terarah,
bahwa yang apa yang saya lakukan untuk anak saya,” tandasnya.
Untuk
itu, dirinya bersyukur karir yang ia geluti kini tidak menjauhkannya dari puti
tunggalnya. Dia masih bisa di rumah dengan tetap bekerja merampungkan pesanan
pelanggan. Tidak ada yang ia nilai lebih dibandingkan bisa bekerja dekat dengan
keluarga.
Di
titiknya sekarang, wanita yang gemar travelling ini mengaku belum puas dengan
capaiannya. Mimpi terbesarnya untuk menjadi desainer internasional masih
menggantung dan siap Elok petik. “Wanita tidak perlu takut untuk berkarir.
Banyak karir yang bisa digeluti. Hanya saja, harus pandai mengenali potensi
diri,” ucap Elok.
Dengan karir, tentu saja pundi-pundi uang mandiri dapat terkumpul. Seperti halnya Elok. Dalam sebulan, dirinya bisa mengerjakan tiga hingga lima pesanan kebaya. Satu karya kebayanya bisa dijual hingga Rp 30 juta hingga Rp 40 juta. Bayangkan saja, berapa rata-rata penghasilan Elok per tahunnya. "Semua tergantung kita mau sebanyak apa berkarya," pungkasnya. (ima)
Photo by Ahmad Khusaini Radar Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar