Rabu, April 23, 2014

Donjuan Donwori vs Karin

Mbak Hanny Akasah akhirnya cuti melahirkan. Dan tanggunngan si mbak ini untuk tulisan features Pengadilan Agama (PA) di halaman satu akhirnya juga dipercayakan ke saya. Well? rasanya galau. hahaha.

Pas hari pertama nongkrong di PA nggak tahu harus ngapain, kayak orang bego. Jadi ceritanya boks khusus satu ini harus diisi dengan kasus-kasus unik yang ada di PA. Macem-macem, mulai kasus perceraian, urusan rumah tangga, hingga rebutan warisan.

Metode liputannya pun beda. Nggak pake aturan standar wawancara kayak seharusnya. Melainkan haarus pinter-pinter mancing si narasumber untuk cerita kasusnya sendiri dengan alamiah dan terbuka. Nah lho... padahal kan aib ya... tapi tenang semua nama alamat dan juga waktu disamarkan kok. Jadi amaaan.

Nah, minggu lalu adalah saat pertama saya hunting boks ini. Well.... bingung saya memilih target mana yang harus saya dekati. Sempat lirik kanan kiri, dan juga tengak tengok orientasi medan. Cari bahan pembicaraan.

Saya duduk di kursi di bagian belakang dan mencoba bertanya. "Mbak, mau daftar caranya gimana ya?" tanya saya. Tapi jangankan dijawab dia aja tidur.

Well, akhirnya saya geser maju. Mendekati ibu2 yang sedang ribet sama bocah kecil. Saya lalu menanyakan hal serupa. Dan tiba2 raut si ibuk itu berubah, mendadak serius. Dua rius malah. "Jangan Mbak. lebih baik dipikir-pikir dulu. Jangan geeegabah," kata si Ibu. Saya cegek dan salting.

Harus saya jawab apa coba. Dengan kikuk akhirnya saya jawab dengan sedikit memlintir raut muka ke ekspresi sedih, melas. "Saya sudah jenuh Bu, tiap hari berantem. Saya sudah tidak betah," jawab saya. Nah lho.

Obrolan pun berlanjut dengan pertanyaan 5W +1H yang justru diajukan si ibu ke saya. Kan seharusnya saya yang introgasi ya. .

keterangan i : ibu. s : saya. b: bapak
i : Sudah menikah berapa lama?
s : delapan bulan
i : masih awal, jangan keburu buru mbak, dibicarakan baik baik
s : tidak bisa bu. ini jalan yang terbaik
i : apa masalahnya dik? #mulai intens. dia bahkan merogoh tasnya mengambil tisu. takut sewaktu waktu saya mewek. dan dia sodorkan
s : (karena sudah disodorin tisu) saya nggak apa nih bu curhat?
i : ya siapa tahu bisa membantu adik. kadang kalau dipikir sendiri kita menganggap kita yang paling benar
s : suami saya selingkuh bu. saya sudah curiga. dia jarang plang. dan kami seringg cek cok
i : sudah dipastikan? coba bicara dari hati ke hati. mungkin ada kamu yang salah paham. atau ada masalah yang mebuat kalian jadi jauh.
s : sudah. tapi kami tidak pernah bs bicara baik baik. akhirnya malah saling tuduh. (mewek mulai)
i : sudah bicara dengan keluarga??
s : menggeleng
i : nah... coba dibicaraka dulu.... janga gegabah.... semua bisa dibicarakan.... #ngelus2 punggung saya
s : ~nangis deh tes tes ~lalu tiba-tiba bapak sebelah  saya ikutan nimbrung
b : kalau butuh pengacara bilang saya dik
s dan i : djsja%;&%@$("~()&@65241~~(#

hahaha. walau dengan sandiwara itu.. akhirnya saya bisa tahu kalau si ibu itu sedang  mengantarkan anaknya yang baru 26 tahun sidang cerai yang kelima. Mereka cerai karena si Donjuan punya wanita idaman lain.

Eh tapi pas sudah sidang ke tiga si Donjuan urung ingin melanjutkan permohonan cerai. Dan ingin rujuk. Ya otomatis si Karin nggak mau. Karena mangkel ditolah niat rujuknya malah si Karin dituduh selingkuh dan punya pria idaman lain. Lha kok mbulet... dan yang kasihan bocah yang tadi sama si ibuk tadi itu anak mereeeka. Baru tiga tahun. kasihan

Well.. ternyata liputan di PA nggak seekstremm yang saya bayangkan.... walau dengan sedikit acting karbitan, ya bolehlaaaah....

happy reading guys....





1 komentar:

  1. wakakaka..
    iso akting juga ukhtiii..kirain mau akting ala drama korea gitu :P

    BalasHapus