Selasa, Mei 06, 2014

Paranoid, Pengidap Tumor Mulut Sylvia Rumpuin

hai guys.... kok rasanya lama banget nggak nge blog.. jadi pengen cerita-cerita lagi.
kali ini yg pengen tak share adalah pengalaman kemarin pas liputan bocah penderita kanker mulut. well.. pasti serem ya ndengernya? sama ... apa lagi saya yang liputan dan langsung ketemu si bocah...

oke? jadi ceritanya saya dapet tugas siang2 pas lagi boci karena tepar paginya habis liputan sidak UN, ditugasin sama GM Radar Sidoarjo untuk ngeliput Sylvia Putri Rumpuin. dia adalah warfa sidoarjo yang mengidap tumor mulut. kabarnya dia sudah dirujuk ke RSUD Dr Soetomo dan sempat nginep di Yayasan Kanker Indonesia (YKI).

yaaa kalao boleh jujur saya menghindari banget ambil liputan begini ini. semua tentang rumah sakit saya benci pokoknya. paranoid. trauma. daaan yaaa sejenisnya. tapi karena sudah sempet koordinasi dan yg punya pos kesehatan juga gak mau take, yaa akhirnya saya yang berangkat.

dengan bekal petuah 'Kalau kerja yang ikhlas..' saya akhirnya melangkah mantap ke soetomo dan langsung cus ke IRNA Bedah Cempaka. yap tanpa ijin sana sini, dan juga menghindari bertanya petugas rumah sakit. karena apa? berdasarkan pengalaman, ijin sama petugas itu sselalu bukan malah membuat tugas makin ringan tapi justru semakin ribet. suruh ngurus inilah itulah... pokoknya serba prosedural.

saya langsung nemu ruang cempaka. dan secara manual nyari ruangan sylvia. nyelonong masuk sambil tengok kanan kiri, semoga nemu. dan alhamdulillah, pas lewat di depan kamar nomor 18 saya nggak sengaja lihat bocah yang mulut bengkak dengan ukuran super. bahkan ada benjolan daging berwarna merah yang muncul keluar mulut. *astaghfirullah. sepertinya dia yang saya cari.

alhamdulillahnya, pas ada dokter anastesi yang meriksa. dan saya candid sedapat mungkin ambil gambar. well... ini dilakukan buat jaga2 karna keluarga pasien begini suka sensitif kalo mau diambil gambar. untungnya nggak ketahuan. tapi akhirnya sya ijin kalo td udah ambil gambar. well ini karna sialnya mas fotografer g bisa di ajak ke RS. tp syukurlah semua teratasi. 
untuk memastikan, saya coba tanya ke suster apa benar Sylvia dirawat di kamar nomor 18. dan ternyata benar. saya pun langsung kesana dan ternyata dia tidak sedang didampingi ayah ibunya. saya sudah defence padahal. karna kata wartawan jawa pos, ortunya yang asli ambon itu agak gak suka anaknya di ekspos media.

saya pun memanfaatkan waktu kami berdua untuk ngobrol. walau dia susah bicara -dia hanya bisa membuka sedikit ruang untuk ngomong- tapi dia berbaik hati untuk menjawab satu dua pertanyaan saya. sebelum lalu sylvia menelepon ibunya agar segera datang. well dia mulai risih ya

pas sy tanya, ternyata tumor itu tumbuh karena dia salah langkah dalam mencabut gigi geraham kirinya. dia mencabut kasar giginya yang sudah goyang hingga akhirnya infeksi. keluarganya sempat membawa ke rumah sakit. namun diagnosa dokter justru salah. dokter memberinya vonis TBC. alhasil selama dua bulan lebih Sylvia hanya diobati dengan obat TBC bukan tumor.

tentu saja, karena salah obat bengkak di mulut bocah kelas V SDN Leboh ini tak kunjung kempis. tapi justru seminggu belakangan semakin membesar hingga keluar bagian mulut. karena khawatir barulah ibunya Poniyum merujuknya ke RS Airlangga. dari sana Sylvia mendapat rujukan ke YKI.

dari YKI itu akhirnya jadwal oprasi Sylvia segera disusun. Tanpa biaya tanpa antri. "Ini keajaiban. Tuhan yang menuntun kami," ujar Poniyum. dirinya pun semakin senang karena kondisi sylvia yang sangat stabil untuk dioperasi. dia diminta untuk puasa 12 jam jelang operasi. ini mudah, toh dia gak bisa makan, dia hanya bisa minum susu lewat sedotan. hanya itu ruang yang disisakan tumor agar mulutnya bisa terbuka.

uniknya, meski sudah begitu besar tumornya, Sylvia mengaku tidak pernah kesakitan. paling banter hanya kemeng. dia pun jarang menangis. super.

entaj kenapa, walaupun sempat kesal ditugasin liputan kesehatan begini, tapi saya senang saat adrenalin terpacu. berusaha menata kalimat dan strategi agar dapat berita di tengah kabar ayahnya yang tidak mau diwwncara juga prosedur RS yang mematikan langkah. tantangan. itu kuncinya. dan Allah selalu memberi jalan bagi hambanya yang mau berusaha...



dan lebih senangnya lagi tulisan saya menghasilkan tulisan feature yang memuaskan. dan diedit saya pak Hurek. salah seorang redaktur yang menginspirasi saya. Sejak dipindah di sidoarjo saya suka kangen diajarin beliau. hehehek

Tidak ada komentar:

Posting Komentar