BEM ITS 1011 |
Pagi ini aku –akhirnya- melakukan sesuatu yang sudah ku tunggu sejak lama. Mencoret satu kalimat target yang terpampang di dinding kamar kosku. Target nomor empat. Masuk menjadi anggota fungsionaris BEM ITS. Harusnya jika ada emote eksppresi yang bisa di pajang di tulisan ini, emote yang ku pasang adalah wajah imut kuning yang menunjukkan deretan gigi lewat senyum yang lebar.
Semalam aku mendapat sms dari nomor asing yang mengucapkan selamat atas tergabungnya aku dalam anggota fungsionaris BEM ITS. Tanpa tahu siapa yang mengirim, aku tersenyum. Aku belum tahu dimana aku di tempatkan.
Acara Welcom Party diadakan keesokan paginya. Jam Sembilan tepat di gedung SCC lantai satu. Entah kenapa aku berjalan lambat menuju lokasi dengan berbagai pikiran berkecamuk. Bagaimana aku melalui hari ini ya? Teman sejurusanku yang juga diterima tidak bisa hadir. Begitu juga dua orang lainnya.
Ada sedikit kekhawatriran tentang bagaimana aku sendirian disana di tengah-tengah seratus lebih mahasiswa yang bukan mahasiswa biasa, akankah aku bisa bersosialisasi dengan baik? Akankah aku menemukan teman yang pas dan sreg denganku? Dan akankah aku diterima di kementrian selain Medfo?
Lalu aku ingat puzzle peristiwa yang ku alami hari kemarin. Seorang mahasiswa, yang adalah anggota kementrian sosisal politik, yang sekaligus pula menjadi screenerku, menyapaku di gedung MWeb. Mas berkacamata itu, aku lupa namanya, menyuruhku datang besok untuk WP dengan menggunakan jaket himpunan jurusan.
Aku mengangguk sopan dengan menjawab “insyaallah” sembari tersenyum. Yang aku heran, Mas situ mengingat namaku sebagai “Fatima”. Aku mengerutkan kening. Aku rasa dia menyecreening banyak mahasiswa, kenapa masih ingat namaku? Bukannya GR, tapi aku tahu Mas itu dari kementrian Sospol. Apa aku diterima di kementrian Sospol?
Setelah sejam di gedung MWeb untuk rapat Kesma, aku ke jurusan menemui seniorku untuk mengambil jaket pinjaman guna WP besok. Disana ternyata aku juga bertemu dengan Kahima ku. Dia nyeletuk nggojloki diterimanya aku di BEM ITS. Hehe, nggak penting. Tapi lalu si Kahima ini berucap aku diterima di Kebijakan Publik atau tahun ini disebut Sospol. Hellow.. padahal, aku sempat khawatir si Kahima ini kemarin dalam surat rekomendasinya menyarankan agar aku dimasukkan di kementrian Medfo. I was Worried about it. I don’t wanna it anymore
Sebuah gebrakan aku nilai dengan masuknya aku di BEM ITS ini. Saat menuliskan targetan masuknya aku menjadi anggota fungsionaris BEM ITS, ada sedikit keraguan. Jumlah saingan pertama, lalu proses screening, dan nilai akademik pastinya yang menjadi momok, bagaimana kalau nilai IPKku sampai kacau dan jeblok.
Alhamdulillah masalah IPK terselesaikan karena IPkku masih di atas kisaran 3,00. Okey, meski sedikit turun disbanding dengan semester lalu. Yang lucu adalah proses screening kemarin. Aku yang pada dasarnya suka politik, bingung juga ketika ditanya apa perkembangan terbaru isu politik Indnesia. Dengan begonya aku menjawab masalah korupsi yang tak kunjung usai malah membludak dimanaa-mana.
Okey, tidak disalahkan memang. Tapi kemudian ada sesi simulasi yang mewajibkan agar para pendaftar melakukan orasi kecil-kecilan sebagai wujud keseriusan. Sumpah, Aku SAMA sekali tidak tahu menahu tentang sesi ini. Pagi tadi aku berangkat dengan semangat menggebu-gebu tapi tanpa bekal. Semalam pun aku sibuk ngurusi laptop yang tiba-tiba minta dperhatikan lebih.
Kukumpulkan niatku dengan sepenuh-penuhnya. Aku mulai berdiri dan mengepalkan tangan ke atas. Berorasi menuntut hak-hak rakyat kecil dan pertanggungjawaban pemerintah atas hilangnya uang pajak senilai 24trilliun rupiah. Yang tak lain dimakan oleh dirjennya sendiri.
Satu kata, malu!!
Bodohnya Aku Saat Pengumuman Kementrian
Pengumuman kementrian diumumkan saat WP oleh menteri masing-masing. Tiap-tiap kementrian punya cara-cara unik mereka sendiri untuk mengumumkan staff-staff mereka. Ada yang satu-satu disebutkan ciri-ciri lalu yang merasa maju, ada yang disebutkan nama dan fotonya lalu maju, dan sebagainya.
Aku sedikit banyak yakin aku akan masuk kementrian Sospol, aku jadi konsen pada pengumuman staf kementrian ini saja. Bersama kedua orang temanku dari jurusan Teknik Fisika yang baru aku kenal tadi, aku memperhatikan. Dantuman music “Indonesia merah darahku, putih tulangku bersatu dengan semangatku..,” mengalun menggetarkan hatiku perlahan.
Semakin bertambah keyakinanku disini. Dan akhirnya nama-nama satf diumumkan lewat jajaran nama panggilan dalam slide yang berjalan cepat. Wait! Aku nggak bawa kacamata, aku menengok teman sebelahku. “Ada namaku nggak?” tanyaku. Dia ternyata juga tidak memperhatikan, malah ngobrol dengan teman sampingnya. Hellow, aku juga tak bisa menyalahkan. Dia juga sudah tahu dimana dia berposisi. PSDM dan satunya MEdfo.
Aku bingung sendiri. Tapi aku yakin namaku sempat tersebut lewat microphone yang bunyinya aneh tersebut. Tapi aku ragu untuk maju. Gila aja, kalau salah gimana. Lima orang staf sudah maju di depan meninggalkan aku. Aku tidak mungkin maju. Tanganku gemetar. Lalu aku berfikir, nantin saja di akhir acara aku akan tanya ke mbak-mbak dibelakang. Hhh….
Acara pertama pun selesai. Staf baru dipersilahkan meninggalkan SCC dan kembali nanti saat makan siang. Aku segera mengajak temanku tadi untuk bertanya ke mbak-mbak dibelakang.
“Mbak, aku kok tadi nggak di panggil ya?” tanyaku sambil meringis bego.
“Namanya siapa dek?” jawab mbak kerudung hitam. Aku bertanya pada mbak ini karena tadi aku melihat mbak sekmennya adalah berkerudung hitam.
“Ima mbak,”
“Kok bisa nggak tahu masuk kementrian mana? Tadi kan sudah disebutkan?”mbak itu bertanya heran.
“Iya mbak, tadi saya ngobrol sama teman saya, hhehe, jadi nggak ngeh dimana posisi saya, tapi kayaknya saya di sospol, soalnya tadi…,”
“Dek Ima y?” kalimatku terpotong oleh panggilan mbak berkerudung hitam lainnya, yang ini agak mungil. Aku mengangguk sopan. “Tadi kok nggak maju? Kamu ketrima di kementrian Sospol..,” katanya mengembangkan senyumku.
“Aku tadi nggak denger mbak.. maaf ya mbak..”
“Kamu tadi disebut paling pertama lho..,”
Jiaaah… dasar aku emang kebangetan. Begini nih kalau nggak pakai kacamata terus. Kelihatan kan begonya. Bego!
Dan diakhir acara rapat internal Sospol bersama mas yang menggilku Fatima, dia ternyata menteri Sospol, Mas RiCky. Mbak hamim, mbak kerudung hitam yang mungil itu menyalami ku.
“Hati-hati ya Dek Ima, yang sempet kehilangan Sospolnya..,” lagi-lagi aku hanya bisa meringis malu. ^_^’’
Surabaya, 17 Juli 2010